Saturday 12 December 2015

AGAMAKU ADALAH KERJA KERAS

Agama tidak menjamin kesuksesan hidup
Hanya kerja keraslah yang dapat mengantar kita kepada sukses
Tapi sejatinya
Agama mengajarkan kita untuk bekerja keras
Bekerja keras sesuai dengan profesi
Bekerja yang tekun dan efisien
Bekerja yang didasari oleh moralitas dan kecerdasan
Bekerja yang tidak didasari oleh nafsu duniawi (ketamakan) ataupun kebodohan
Bekerja yang tidak hanya mementingkan diri sendiri maupun golongan
Bekerja dengan ketulusan, keiklasan dan kegembiraan
Bekerja sebagai persembahan kepada Tuhan.
(Pesan universal Bhagavadgita)

GATHOLOCO BERTANYA

Gatholoco cemberut, lantas menjawab
Aku bingung hendak mandi dengan apa
Jikalau aku harus mandi dengan air,
Tubuhku sudah penuh dengan air
Jikalau aku harus mandi dengan api
Di dalam badanku penuh api
Jika bisa bersih menggosok badan dengan tanah
Sudah jelas (daging ini) berasal dari tanah
Jika aku mandi angin
Badanku sumber angin
Beritahukan kepadaku
Apa yang harus kupakai untuk mandi?
Jikalau bisa suci karena mandi air
Aku akan berendam selama sembilan bulan saja
Tidak perlu mencari ilmu (ketuhanan)
Ketahuilah
Bahwa sesungguhnya
Aku telah mandi Tirta Tekad Suci Ening (air tekad suci yang jernih)
Yaitu jernihnya hati
Tanpa dikotori oleh segala macam perbuatan salah
Itulah mandi yang sesungguhnya bagi manusia
Mandi yang sebenar-benarnya mandi
(Serat Gatholoco: 2: 19-22, diterjemahkan oleh Damar Shashangka)

HINDU AGAMA IMPOR (?)

Ada rekan yang bertanya
Bukannya Hindu di Indonesia juga agama impor?

Menurut saya bukan.
Agama Hindu di Indonesia bukan diimpor dari India.

Saya masih ingat
Pada jaman dulu waktu saya masih kecil
Para orang tua di kampung kalau ditanya agama mereka apa
Mereka tidak tahu agama mereka apa
Mereka tidak tahu bahwa agama mereka Hindu

Kalau saat ini kita bertanya di mana kita bisa melihat Hindu di Indonesia
Tidak heran kalau mungkin akan banyak yang bilang
Lihat saja di Bali

Tapi kalau kita undang seorang Hindu yang lahir dan besar di India
Untuk datang ke Bali
Mengikuti upacara agama Hindu di Bali
Barang kali dalam hatinya akan bertanya
Apakah ini Hindu?

Besar kemungkinan dia tidak akan bisa mengikutinya
Karena yang dia lihat bisa jadi merupakan sesuatu yang baru
Yang jauh berbeda dengan apa yang dia lakukan di India
Bukan hanya cara-caranya
Tapi juga mengenai bangunan tempat persembahyangnya
Berbeda

Jangankan mereka yang besar di India
Mungkin mereka yang sudah lama di Indonesiapun
Belum tentu bisa larut dalam acara tersebut.

Begitu juga sebaliknya,
Belum tentu semua orang Hindu Indonesia
Bisa mengikuti ritual saudara-saudra kita di India

Tapi
Kita saling menghormati perbedaan tersebut
Dua-duanya tetap Hindu.

We share the same spiritual value from the VEDAs
Termasuk Veda yang banyak dikenal
Yaitu Bhagavad Gita
Spiritual value yang mungkin juga diyakini di tempat lain
Di belahan lain dunia ini

Oleh para leluhur umat manusia

Saya yakin saudara-saudara di India
Mereka tidak mengenal Tri Hita Karana
Tidak mengenal Tri Sandhya
Tidak mengenal persembahyangan berdasarkan kalender Bali/Jawa
Tidak mengenal hari Nyepi, Galungan, Tumpek,
Tidak mengenal padmasana, rong tiga, tugu, taksu, dsb.
Tapi
Dengan perbedaan itupun
Hindu di Indonesia tetap Hindu.

Berbahagaiah mereka
Yang bahagaia atas kebahagiaan semua mahluk

Tuesday 3 November 2015

DIA ADALAH HURUF “A” dan BULAN di antara BINTANG

Kalau semua agama/kepercayaan menuju ke tuhannya masing-masing,
Maka tuhan yang sebenarnya yang harus dituju adalah Tuhannya tuhan-tuhan,
Tuhan yang paling utama,
Dia yang bersemayan di dalam semua mahluk hidup.

Bagaimana kita bisa memahami kemahautamaan rohani Tuhan?

Tuhan yang digambarkan melalui beberapa pengkhiasan di bawah ini
Tidak dapat dibatasi oleh hal-hal yang material
Karena Tuhan adalah kemahautamaan rohani yang tak terbatas.

Di antara sumber cahaya, Dia adalah matahari,
Di antara sumber air yang berlimpah, Dia adalah lautan,
Di antara susunan abjad, Dia adalah huruf A,
Di antara susunan angka, Dia adalah angka 0 (nol),
Di antara arah mata angin, Dia adalah di tengah,
Di antara bintang-bintang, Dia adalah bulan,

Di antara indria-indria, Dia adalah pikiran,
Di antara gunung-gunung, Dia adalah Maha Meru,
Di antara benda-benada yang tidak bergerak, Dia adalah Himalaya,
Di antara getaran suara, Dia adalah suara Om yang rohani,
Di antara korban-korban suci, Dia adalah penyebutan nama-nama suci Tuhan (japa),
Di antara sajak-sajak, Dia adalah Gayatri,

Di antara semua pohon, Dia adalah beringin,
Di antara semua burung, Dia adalah garuda,
Di antara ular-ular, Dia adalah Vasuki,
Di antara para penakluk, Dia adalah waktu,
Di antara para binatang, Dia adalah singa,
Di antara sesuatu yang menyucikan, Dia adalah angin,

Di antara segala ciptaan, Dia adalah awal, akhir, dan juga pertengahan,
Di antara semua ilmu pengetahuan, Dia adalah pengetahuan rohani tentang sang diri,
Di antara para ahli logika, Dia adalah kebenaran sebagai kesimpulan,

Dia adalah maut yang memakan segala sesuatu,
Dia adalah prinsip yang menghasilkan segala sesuatu yang belum terjadi,

Di kalangan kaum wanita, Dia adalah kemasyuran, keuntungan, bahasa yang halus, ingatan, kecerdasan, ketabahan dan kesabaran,
Di antara musim, Dia adalah musim semi, waktu bunga mekar,
Dia adalah kekuatan orang yang kuat,
Di antara orang yang mencari kejayaan, Dia adalah moralitas,
Di antara segala hal yang bersifat rahasia, Dia adalah sikap diam,
Dia adalah kebijaksanaan orang yang bijaksana,

Dia berada di mana-nama, menyangga seluruh alam semesta.

(Intepretasi sendiri dari BhagavadGita, bab 10).

Wednesday 14 October 2015

PENGENDALIAN DIRI

Latihan pengendalian diri itu
Bukan dilakukan di tengah hutan
Atau di dalam goa
Yang jauh dari hiruk pikuk
Tapi dilakukan di tengah keramaia
Yang penuh godaan
Seseorang yang penuh dengan disiplin
Yang bergerak di tengah-tengah obyek-obyek sensual
Tanpa suatu keterikatan dengan obyek-obyek sensual ini
Dan dapat mengendalikan dirinya dengan baik
Akan pergi ke kedamaian yang luhur
Dan mencapai keseimbangan yang stabil

(BhagavadGita 2.64-65)

YOGA ADALAH KESEIMBANGAN

YOGA adalah KESEIMBANGAN
Tidak hanya berupa keseimbangan fisik
Seperti dalam senam yoga
Tapi juga keseimbangan Jiwa
Seperti yang diajarkan dalam BhagavadGita

Dua-duanya
Memerlukan latihan, ketekunan dan disiplin tinggi.


Tuesday 13 October 2015

HATI-HATI BERAGAMA

Adakah sesuatu yang memang bersifat universal?
Yang berlaku untuk semua mahluk hidup?
Dan berlaku kekal tiada mengenal waktu dan jaman?

Ada.
Salah satu contohnya adalah
Bahwa semua mahluk yang lahir
Pada suatu saat akan mati

Bahwa alam dan termasuk penghuninya
Diciptakan oleh Penciptanya
Yang berarti hanya ada satu Pencipta

Bahwa untuk yang percaya akan adanya Pencipta yang maha adil
Seyogyanya percaya bahwa hanya ada satu aturan / hukum alam
Termasuk aturan hubungan antara ciptaanNya dan Penciptanya
Yang berlaku untuk semua mahluk
Tanpa pandang bulu

Hanya mereka-mereka yang berhati jernih dan berpikiran cerdas
Yang mampu mengupas dan menemukan
Prinsip-prinsip dasar dalam agamanya masing-masing
Yaitu nilai-nilai universalitas
Yang seharusnya pada akhirnya melahirkan sifat kasih
Sifat kasih dan harmoni terhadap alam, sesama manusia, dan dengan Penciptanya
Dalam kesadaran, bukan ketakutan

Sebut saja yang kekal tidak berubah ini sebagai SRUTI

Tetapi perubahan juga termasuk hal yang kekal adanya
Yang sudah pasti berubah sesuai kondisi
Yang keberlakuannya hanya bersifat temporer dan terbatas

Ibaratnya pakaian
Pakaian bukan termasuk golongan yang kekal
Karena pakaian musim dingin berbeda dengan pakaian musim panas
Pakaian tahun 60-an berbeda dengan pakaian tahun 90-an
Pakaian adat daerah tertentu berbeda dengan pakaian adat daerah lainnya
Yang mana bila yang satu dipaksakan ke yang lain
Akan menimbulkan ketidakcocokan dan bisa berakhir dengan ketegangan

Banyak aturan dan  hal dalam pelaksanaan agama
Tergolong seperti pengkhiasan pakaian di atas

Kita sebut saja yang pasti berubah ini sebagai SMERTI

Apabila kita menanyakan kepada orang yang beragama
Apakah dia yakin bahwa agamanya akan tetap ada sampai akhir jaman
Dapat dipastikan bahwa jawabannya adalah: Iya sudah pasti kekal.

Namun sejatinya
Suatu agama hanya akan tetap ada 
Jika dapat membedakan mana yang SRUTI dan mana yang SMERTI

Jika sesuatu yang SMERTI disatukan dicampur dengan SRUTI
Maka besar kemungkinan agama tersebut tidak akan bertahan.
Diperlukan keberanian untuk mengubah sesuatu yang SMERTI.
Namun, sebelum itu
Harus mampu memisahkan mana yang SRUTI dan mana yang SMERTI

Bilamana kita mampu memisahkan kedua komponen itu
Maka kita akan menemukan semua agama pirnsipnya sama
Semua cara adalah sama
Bahwa semua agama intinya sama tapi bajunya berbeda

Sangat disayangkan kalau kita membedakan diri dengan yang lain
Hanya karena baju yang berbeda
Sangat disayangkan kalau kita beragama 
Hanya sampai pada tingkat pembungkus
Tengoklah ke dalam
Ada apa yang tersembunyi dalam baju tersebut

Semoga seisi alam berbahagia. 
(Universal message of Bhagavad Gita)

Tuesday 29 September 2015

TIDAK ADA AKSI DALAM AKSI

 Kalau kita perhatikan belakangan ini
Banyak copas pesan-pesan bijak
Dalam pesan singkat melalui handphone
Ataupun cuplikan-cuplikan video singkat
Mengenai ajaran-ajaran bijak
Hampir semuanya mengajarkan ataupun memberi tauladan
Bahwa suatu perbuatan baik, akan memperoleh reward yang baik

Sangat jarang sekali (untuk tidak mengatakan tidak ada)
Kutipan yang mengajarkan berbuat baik semata-mata karena senang berbuat baik
Bukan karena berharap reward
Apalagi reward duniawi
Reward untuk menyenangkan indra-indra kita

Dalam Bhagavad Gita diajarkan
Orang yang bisa melihat tidak ada aksi dalam aksi (a-karma)
Orang yang tidak berharap apa-apa dalam aksi
Orang yang tidak terikat dengan hasil dari aksinya
Orang yang menyerahkan kepada Tuhan semua hasil dari aksinya
Orang yang mencapai keseimbangan antara senang dan duka
Orang yang bisa melihat jiwa yang sama ada dalam setiap ciptaanNya
Adalah orang yang telah memperoleh pencerahan sejati
Adalah seorang yogi sejati
Adalah orang-orang yang telah mencapai Brahman Nirvana
Orang-orang yang dapat memutus lingkaran reinkarnasi

Tuesday 25 August 2015

BAGAIMANA CARA YANG BENAR MEMUJA SARASWATI DAN LAKSMI?

Saraswati adalah dewi ilmu pengetahuan
Semua ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan rohani maupun sekuler
Adalah suci
Mahluk yang memiliki kemampuan paling tinggi untuk mencari ilmu pengetahuan adalah manusia
Tidak ada binatang apapun yang bisa mencari pengetahuan
Binatang hanya mempunyai insting

Untuk itu
Manusia wajib memuja Saraswati
Tapi, bagaimana cara yang benar memuja Saraswati?

Hanya sekedar melakukan arati
Memutar-mutar lampu di depan gambarNya
Ataupun menghaturkan persembahan berupa sesajen
Ataupun dengan doa-doa khusus kepadaNya
Bukanlah cara untuk memujaNya

Belajar di universitas
Mempelajari berbagai buku
Berpikir atas diri sendiri
Itulah cara kita memuja Dewi Saraswati
Itulah cara bagaimana kita menjadi murid Dewi Saraswati

Bekerja keras
Berusaha meningkatkan efisiensi
Itulah cara kita bagaimana harus menyembah Dewi Laksmi, dewi kekayaan

Arati bisa dilakukan enam bulan atau setahun sekali
Tetapi sehari-hari kita harus menyembah Laksmi
Hanya melalui kerja keras semacam ini
Maka dengan sendirinya
Kataksa atau karunia akan datang kepada kita

Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki
Semakin banyak kekayaan bisa kita buat
Tidak ada cara lain untuk mendapatkan kekayaan
Kecuali melalui kerja yang efisien yang terinspirasi oleh pengetahuan

Ketika kita lari meninggalkan Sarawati dan hanya mendekati Laksmi
Baik Saraswati maupun Laksmi, kedua-duanya menghilang dari kita.

Banyak dari kita yang tidak menyadari
Bahwa selain memberikan tuntunan rohani
Bagawad Gita juga memberikan tuntunan praktis 
Untuk kehidupan sehari-hari

(Pesan Universal Bhagavad Gita, oleh Swami Ranganathananda)

Monday 24 August 2015

KE KERAJAAN TUHAN ITU GAMPANG (?)

Kita akan dapat diterima Tuhan (setelah meninggal) 
Atau pergi ke alam Tuhan setelah meninggal
Dan tidak lahir kembali ke dunia fana ini
Bilamana kita mengingat Tuhan
Saat kita meninggalkan badan kasar ini (meninggal).
Komentar itu saya buat berdasarkan pemahaman saya mengenai ajaran Bhagavad Gita (Bg8.5)

Kemudian ada yang mempertanyakan apakah semudah itu
Apakah hanya dengan mengingat Tuhan pada saat akan meninggal?

Ya, memang kenyataannya semudah itu

Tapi
Ibaratnya seorang ibu yang mengandung
Telah mempersiapkan latihan berbagai senam kehamilan
Untuk menyambut persalinan
Di saat berjuang antara hidup dan mati
Yang para orang tua mengibaratkan
Sebagai kondisi jiwa digantung dengan seutas rambut
Mendadak lupa dengan segala teknik persalinan
Yang telah dilatih beberapa bulan sebelum persalinan
Lupa dengan semua teknik-teknik tersebut

Demikian pula dengan mengingat Tuhan disaat ajal akan menjemput
Harus dilatih melebihi latihan ibu-ibu latihan persalinan
Harus dilatih seumur hidup
Diperlukan disiplin dan ketekunan yang tak tergoyahkan

Itupun kalau kita tahu bahwa sebentar lagi kita akan meninggal
Tapi siapa yang bisa tahu kapan kita akan meninggal
Setiap saat bisa saja ajal datang
Artinya, setiap saat kita harus mengingat Tuhan
Karena bisa saja sebentar lagi ajal datang

Dalam Bhagavad Gita kita juga diajarkan untuk bekerja
Untuk selalu beraksi
Lakukanlah tugas dengan sungguh-sungguh
Namun hasilnya serahkan kepada Tuhan

Tuhan tidak menyuruh orang untuk berhenti bekerja
Dan kemudian hanya sembahyang saja
Tuhan mewajibkan orang untuk bekerja
Menjalankan tugas masing-masing

Namun
Yang diwajibkan adalah
Hendaknya selalu mengingat Tuhan disaat apapun
Termasuk di saat bekerja

Ibaratnya seorang pemuda yang jatuh cinta kepada kekasihnya
Maka sang pemuda akan selalu teringat, membayangkan, dan rindu pada kekasihnya
Tidak mengenal waktu
Siang, malam, setiap saat teringat si dia
Dan 
Timbul sifat tanpa pamerih kepada kekasih
Tidak ada sifat hitung-hitungan

Mengingat Tuhan
Apanya yang perlu diingat?
Yang perlu diingat adalah siapa dan bagaimana Tuhan itu
Dengan mengingat itu
Seyogyanya semua tindakan kita (pikiran, perkataan dan perbuatan)
Akan diingatkan oleh sifat ketuhanan itu

Seperti halnya kalau kita mengaku beragama Hindu
Walaupun kita sering sembahyang ke pura
Sesungguhnya kita belum seorang Hindu
Salah satunya kalau kita masih sering mengeluh
Malas bekerja
Tidak welas asih dengan semua ciptanNya

Yang mendefiniskan kita bukanlah pengakuan kita
Namun yang mendefiniksan kita adalah perilaku kita

Demikian juga dengan mengingat Tuhan
Perilaku kitalah yang menentukan apakah kita memang ingat Tuhan
Apakah memang ada Tuhan dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita

Sloka 8.6 dalam Bhagavad Gita juga menyebutkan
Keadaan apapun yang diingat orang pada saat meninggal
Maka keadaan itulah yang akan dicapainya 
Pada saat kelahiran berikutnya
Apa yang paling mudah kita ingat
Adalah apa yang paling sering
Paling biasa kita lakukan (pikirkan, atau katakan, atau lakukan)

Seorang bayi lahir sudah membawa bakat tersendiri
Yang dibawa dari kebiasaan di kehidupan sebelumnya

Sunday 5 July 2015

PELAJARAN MENCATAT


DE TRI MAS KETIR

Dalam kehidupannya yang sangat sederhana
Di tengah masyarakat modern
Pekak (kakek) Wayan Monoh bercerita kepada cucunya yang masih kecil
Menjelang tidur
Berharap cucunya bermimpi indah
Hal yang dulu sering dilakukan oleh para orang tua
Kepada anaknya atau cucunya menjelang tidur

Alkisah tiga orang laki-laki bersaudara: Made Tri, Nyoman Mas, dan Ketut Ketir
Hidup di dukuh Belong
Sebuah desa yang luas 
Hijau sawah dan perkebunan serta ternak yang gemuk-gemuk
Menggambarkan pedukuhan yang gemah ripah kertaraharja
Dipimpin oleh seorang kepala desa yang arif dan bijaksana: Ratu Bendesa

Made Tri, bersama istri dan anak-anaknya
Tergolong keluarga yang sederhana namun giat bekerja
Mengelola sepetak kebun pisang garapannya
Yang ada di sebelah rumah bambu miliknya
Tidak pernah mengeluh
Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki
Hidup bahagia bersama keluarga

Suatu saat dikala panen pisang tiba
Pisang yang ranum matang di pohon
Sungguh menggiurkan untuk dimakan
Made Tri bersama istri membungkus satu tandan pisang
Dibawa berjalan kaki jauh ke rumah Ratu Bendesa

Anaknya yang sudah mau beranjak dewasa
Ragu-ragu ikut bersama orang tuanya, seraya bertanya
Apakah kira-kira Ratu Bendesa akan menerima pisang tersebut
Apakah beliau membutuhkan pisang tersebut
Barangkali beliau memiliki banyak pisang yang jauh lebih bagus di kebunnya sendiri
Jangankan pisang, dengan kekayaan yang beliau miliki
Beliau bisa dengan gampangnya memperoleh barang-barang yang lebih bagus
Dibandingkan dengan pisang dari kebun ini
Sepertinya beliau tidak memerlukan apa-apa dari warganya

Made Tri diterima dengan baik di rumah Ratu Bendesa
Made Tri dengan pakaiannya yang sederhana
Berusaha tampil bersih dan rapi
Karena akan menghadap orang yang mereka sangat hormati

Made Tri setelah memberi salam yang tulus
Berusaha menata ucapan dan kata-katanya sebaik yang dia mampu
Tatkala menjelaskan maksud kedatangannya kepada Ratu Bendesa 
Bahwa dirinya bersama keluarganya
Merasa bersyukur sekali dengan kepemimpinan Ratu Bendesa
Sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera
Dan dirinya, utamanya, bisa berkebun pisang
Yang disamping untuk dimakan sendiri
Juga untuk dijual ke pasar sebagai tambahan penghasilan
Untuk keluarganya

Rasa angayubagya tersebut 
Dia wujudkan dengan menghaturkan setandan pisang
Buah yang sangat sederhana
Namun hanya itulah yang Made Tri miliki
Begitulah cara Made Tri menunjukkan rasa terima kasihnya
Dengan tulus ikhlas
Ratu Bendesa sangat tersentuh dengan niat dan ketulusan Made Tri

Dalam masyarakat yang makmur dibawah kepemimpan Ratu Bendesa
Ada saja warga yang pemalas
Ataupun yang tidak pernah merasa berkecukupan
Yang lumrah bisa dijumpai di hampir semua kelompok masyarakat

Nyoman Mas, adik kandung Made Tri
Termasuk seorang tukang kayu yang ahli di bidangnya
Berhasil memperoleh kepercayaan dari Ratu Bendesa
Untuk membangun sebuah lumbung
Tempat menyimpan padi
Namun karena gaya hidup Nyoman Mas dan keluarganya
Yang sangat boros dan suka berfoya-foya

Nyoman Mas selalu merasa penghasilannya tidak cukup
Bahkan sering masih harus meminjam kepada tetangganya
Begitu pula kepada Ratu Bendesa
Nyoman Mas meminta upahnya dibayar dulu sebelum perkerjaan dimulai
Karena Nyoma Mas membutuhkan uang
Jaman sekarang disebut “kas bon”

Ratu Bendesa sangat tidak berkenan dengan sikap warganya seperti itu
Dengan sangat marah Ratu Bendesa berbicara kepada Nyoman Mas
Saya Ratu Bendesa
Dari dulu saya menerapkan aturan yang berlaku untuk semua warga
Yaitu orang harus bekerja dulu, baru kemudian dibayar dengan upahnya
Bukan sebaliknya
Di mana-mana, petani menanam padi dulu
Baru kemudian memetik hasilnya kalau padinya sudah matang

Suara dan nada bicara Ratu Bendesa sangat berat dan dalam
Yang menunjukkan betapa beliau amat marah
Marah yang sama kepada warga yang datang hanya meminta-minta
Ataupun yang datang dengan kedok persembahan tapi ada maunya

Namun
Kemarahan beliau bukanlah kemarahan yang mendendam
Bukan kemarahan dari kegelapan
Beliau bukan sedang dibakar api amarah
Beliau bukan sedang diperbudak amarah
Namun
Beliau sedang memanfaatkan marah untuk tujuan kebaikan
Marah beliau adalah marah untuk mencerahkan
Untuk menyadarkan
Marah yang mengandung kasih


Thursday 25 June 2015

BELAJAR DAN BERGURU


Niat yang kuat telah ditancapkan untuk belajar
Untuk menambah ilmu
Ilmu tentang kehidupan
Sampai tiada hentinya mengafirmasinya dalam doa
Memohon bimbinganNya
Mengharap Tuhan memberikan petunjuk

Tapi mengapa dalam waktu yang sama
Kita mengabaikan segala kejadian pada diri dan di sekitar kita
Menutup kepekaan hati dan pikiran kita
Terhadap suara rintik hujan yang jatuh
Padahal melalui kejadian-kejadian itulah
Tuhan memberikan pengetahun
Memberikan petunjuk 
Kepada kita

Tapi mengapa pada saat yang sama
Kita mengabaikan orang yang ditemui
Padahal setiap orang yang ditemui
Merupakan guru bagi kita untuk belajar
Termasuk bertemu orang yang menjengkelkan kita sekalipun

TV HITAM PUTIH ITU JUGA TV WARNA


ilustrasi

Kenapa kita menyebut tv hitam putih itu bukan tv warna?
Padahal warna putih itu ya salah satu warna pelangi
Kurang tepat kalau kita mengatakan ada tv warna dan ada tv hitam putih

Jadi
Kurang tepat juga untuk mengatakan ada orang buta warna
Padahal abu-abu juga termasuk salah satu warna
Barangkali yang lebih tepat adalah
"TV ku warnanya lebih banyak"
atau
"aku dapat melihat warna lebih banyak"

Begitu ibaratnya
Dikala kita mengatakan bahwa keyakinan orang lain hanyalah sebuah konsep
Padahal apa yang kita yakini tidak lain sebuah konsep juga
Hanya saja, kita merasa lebih pas dengan konsep yang kita yakini

Menjadi orang yang terbuka
Adalah bagian dari kesiapan untuk belajar
Untuk menerima hal-hal yang lebih baru
Termasuk menerima bahwa konsep kita tidak sepenuhnya benar

Menjadi orang yang terbuka
Ibaratnya menyiapkan buku tulisnya
Yang akan kita isi dengan catatan baru

Wednesday 24 June 2015

Seperti Inilah Cara Gus Mus Mengajari Kaum Nahdliyyin Menghormati Umat Beragama lain

5 Juni 2015
mustoa
Seperti Inilah Cara Gus Mus Mengajari Kaum Nahdliyyin Menghormati Umat Beragama lain
Suatu hari ada kiyai-kiyai NU kumpul di sebuah pondok pesantren. Saat itu Mbah Yai Ahmad Mustofa Bisri ingin menerangkan tentang awal mula kesalahan beragama.

Beliau melemparkan pertanyaan, “PPP, PDI, dan Golkar itu wasilah atau ghoyyah?” Para kiyai pun serempak menjawab dengan mantap, “Wasilah!”  (Jalan) Ada yang saking mantapnya, jadi malah setengah berteriak. Kiyai sepuh ini (mustofa bisri)  Memberikan Pujian , “Nilai 100 untuk bapak-bapak kiyai.”

“NU, Muhammadiyah, dan semacamnya itu wasilah atau ghoyyah?” Mbah Mustofa Bisri bertanya lagi. Para kiyai kemudian menjawab pelan agak ragu-ragu, “Wasilah…” Beliau hanya tersenyum mendengar nada jawaban para kiyai yang mulai terasa berubah.

Pertanyaan terakhir, Mbah Mustofa Bisri pun bertanya Kembali , “Islam, Katholik, Hindu, dan semacamnya itu wasilah atau ghoyyah (Tujuan) ” ?

Seketika itu pula ruangan menjadi hening. Tidak ada kiyai yang menjawab. Mbah Mustofa sampai mengulangi pertanyaannya tiga kali, para kiyai tersebut tetap hanya diam. Ghoyyah itu artinya tujuan akhir. Wasilah itu artinya sarana menuju.

Kemudian ada kiyai yang balik bertanya, “Kalau pendapat Gus Mus sendiri bagaimana?” Dengan mantap beliau menjawab, “Agama Islam adalah wasilah.” Para kiyai kemudian ribut sendiri, “Lho, bagaimana bisa agama Islam adalah wasilah?!”

Sekali lagi, dengan mantap, Mbah Yai Ahmad Mustofa Bisri menjawab penuh kharisma, “Karena ghoyyah-nya (tujuannya) adalah Allah.” Seketika itu pula, semua kiyai di ruangan tersebut kembali diam semua.

Mbah Mustofa Bisri lantas membuat pengandaian. Kalau Anda ingin ke Jakarta memakai mobil, bus, atau kereta api, tidak akan sampai. Karena Jakarta sedang banjir, maka melalui jalan darat tidak mungkin bisa sampai. Hanya bisa sampai ke Jakarta melalui pesawat terbang. Meski satu-satunya sarana transportasi yang bisa menjangkau Jakarta, pesawat terbang ini tetaplah hanya wasilah (sarana menuju). Maka dari itu, di berbagai kesempatan, Mbah Mustofa Bisri menasehati nahdliyyin untuk selalu menghormati umat beragama lain.

Bagaimanapun juga, umat beragama lain pada dasarnya sama seperti umat muslim, yaitu sedang berusaha menujuNya. Semua pilihan orang lain harus dihargai, seperti diri kita ingin dihargai memilih wasilah agama Islam.

Jadi, awal mula kesalahan beragama adalah menganggap agama Islam seperti partai politik. Ditambah salah menetapkan apa yang menjadi wasilah dan apa yang menjadi ghoyyah dalam agama Islam.

Akhirnya, bisa tumbuh sikap berlebih-lebihan dalam beragama Islam, dan pada akhirnya menjadi sibuk “kampanye” atribut agama Islam yang disertai kebencian terhadap umat beragama lain. Sehingga justru lupa kepada tujuan pokok agama Islam. Mirip prilaku para anggota partai politik masa kini.

Source: www.islamtoleran.com

Monday 22 June 2015

KESADARAN DIRI

Wahai resi yang berpengetahuan tinggi,
Pada Zaman Kali [Kali Yuga]
yang keras ini,
Usia harapan hidup manusia sangatlah pendek.
Mereka suka bertengkar, malas, tersesat, bernasib sial, 
Dan di atas semua itu,
Mereka selalu resah. 

(Bhagavata Purana, Skanda 1, Bab 1, Sloka 10)

Penjelasan:

Para penyembah Tuhan senantiasa bersemangat untuk memajukan spiritualitas masyarakat umum. Ketika para resi di Naimisaranya menganalisa cara hidup orang-orang di zaman Kali, mereka meramalkan bahwa usia harapan hidup manusia akan menjadi singkat, yang disebabkan bukan oleh kekurangan pangan, melainkan karena pola hidup tidak teratur. Dengan mengelola hidup secara teratur, siapapun akan dapat menjaga kesehatannya. Makan berlebihan, mencari kepuasan indera berlebihan, sangat tergantung pada kemurahan hati orang lain, dan standar hdiup yang artifisial (palsu) menyerap vitalitas energi manusia. Karena itu usia harapan hidup menjadi pendek.


Orang-orang zaman ini juga cenderung sangat malas, tidak hanya dalam hal-hal material, tetapi juga dalam soal kesadaran diri. Kehidupan manusia khususnya dimaksudkan untuk kesadaran diri. Ini berarti, manusia harus berusaha mengetahui siapa dirinya, apa dunia ini, dan apa yang paling benar, atau kebenaran tertinggi. Kehidupan manusia dimaksudkan untuk menemukan cara yang memungkinkan entitas hidup dapat menghentikan segala jenis penderitaan dari usaha keras dalam eksistensi material dan cara untuk kembali kepada Tuhan, rumah abadinya. Tetapi, akibat sistem pendidikan yang buruk, membuat orang tidak berkeinginan untuk kesadaran diri. Bahkan, jika mereka datang untuk itu, malangnya mereka jadi korban guru-guru palsu. 

Pada zaman ini, orang-orang tidak hanya menjadi korban berbagai doktrin dan politik, namun juga menjadi korban teralihkan ke berbagai jenis kesenangan indera. Pikiran mereka selalu resah dan penuh kecemasan akibat berbagai macam kesibukan. Pada zaman ini, banyak manusia bejat telah membuat agamanya sendiri dengan keyakinan tanpa didasari oleh sastera suci manapun. Dan membuka lebar kesempatan bagi orang yang kecanduan kesenangan indera untuk tertarik pada embaga-lembaga semacam itu. Sebagai hasilnya, dengan mengatasnamakan agama, banyak sekali kegiatan berdosa dilakukan oleh orang-orang itu yang kesemuanya tidak menentramkan pikiran dan tidak juga menyehatkan badan. 

Kelompok para siswa (brahmacari) tidak sanggup lagi bertahan lama, dan orang-orang berumah tangga tidak mengikuti aturan-aturan grahsta-asrama. Sebagai akibatnya, orang-orang yang namanya saja vanaprastha dan sanyasi yang berasa dari grahsta-asrama demikian mudah sekali keluar dari aturan yang telah digariskan. Pada jaman Kali, seluruh atmosfer dipenuhi oleh tiadanya sradha (iman). Nilai-nilai spiritual orang tidak bisa dipertahankan lagi. Kini kesenangan duniawi telah menjadi ukuran peradaban. Untuk memelihara peradaban-peradaban duniawi seperti itu, manusia telah membentuk bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok yang rumit, dan di antara kelompok berbeda itu senantiasa muncul peperangan baik secara terbuka maupun perang dingin. Oleh karena itu, sudah menjadi sangat sulit untuk mengangkat standar spiritual akibat terjadinya distorsi nilai-nilai masyarakat manusia saat ini. Para resi Naimisaranya sangat prihatin dan hendak membebaskan semua roh (jiva) yang jatuh sehingga lepas dari kemelekatannya.

(A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada)

Thursday 18 June 2015

TUHAN SERING MENJADI PESURUH MANUSIA

Walaupun dalam berdoa
Pada umumnya kita memposisikan Tuhan lebih tinggi tempatnya 
Dibandingkan tempat kita

Namun kita sering mendikte Tuhan
Memberikan instruksi kepada Tuhan
Mendiktekan wish list yang harus dipenuhi Tuhan
Dan kita tidak memberikan kesempatan Tuhan bicara 
Tuhan menjadi harus diam 
Tuhan seolah harus mendengarkan apa yang kita sampaikan


Berapa kali dalam sehari hal itu terjadi?

Ada saat nya kita yang diam
Ada saatnya kita duduk manis tanpa kata-kata, hening, pasrah 
Ada saat nya kita yang mendengarkan
Ada saatnya Tuhan yang bicara dan kita yang diam

Ada saatnya?
Ataukah memang harusnya setiap saat?

(SadhGuru)

AKU HANYA INGIN BERTANYA DAN BUTUH JAWABAN


Judul postingan ini saya ambil dari salah satu lagunya Ebiet G Ade
Tapi isi postingan ini sama sekali tidak ada kaitan dengan lagu tersebut

Bertanya (mempertanyakan) adalah kelebihan manusia dibandingkan binatang, menurut saya
Sudah selayaknya, manusia menggunakan kelebihan itu
Kalau tidak, sayang kalau disia-siakan terbengkalai
Dan karenanya, adalah hal yang manusiawi
Kalau ada orang yang bertanya sesuatu
Bahkan di jaman yang kita sebut modern ini pun
Anak-anak di-encouraged, dianjurkan, untuk bertanya
Beda dengan anak-anak sekolahan jaman dulu
Yang hanya menerima apa adanya

Sebaliknya, 
Para orang tua, dan para guru, dipandang sudah kuno
Kalau masih mengharap anak didik mau menerima sesuatu apa adanya
Apalagi disertai dengan ancaman

Larangan ataupun anjuran ataupun kewajiban
Saat ini sepertinya harus disertai dengan penjelasan mengenai mengapa begitu

Bertanya, 
Mempertanyakan apa?
Dengan tujuan apa?

Banyak hal, atau malah setiap hal bisa / boleh dipertanyakan
Untuk memperoleh pemahaman
Jawaban hanya diberikan kepada yang punya pertanyaan
Yang tidak punya pertanyaan, tidak butuh jawaban

Orang yang sakit pun hendaknya jangan hanya diobati
Tapi juga diberi pemahaman 
Agar dia bisa mencegah terkena penyakit yang sama
Kalau tidak
Dia bisa bolak balik ke penyembuh untuk sakit yang sama

Kemajuan di bidang peradaban saat ini yang kita nikmati
Termasuk saya mengetik postingan ini
Dan teman-teman membaca postingan ini
Adalah kemajuan yang diawali oleh sebuah pertanyaan
Diawali oleh sikap mempertanyakan
Oleh sikap keingin-tahuan para penemu teknologi terkait

Setiap hal, bisa dipertanyakan
Tidak terkecuali pertanyaan mengenai kenapa hidup kita begini
Pertanyaan mengenai hidup ini
Bahkan, menurut saya, kesadaran (enlightenment) yang disebut Budha itu
Diawali karena sebuah pertanyaan
Pertanyaan mengenai kenapa begini, ada apa di sana

Lalu kesadaran tertinggi yang disebut dengan “menerima hidup ini apa adanya”
Apakah sesuatu yang bertolak belakang dengan sifat kemanusiawian?
Tentunya tidak

Namun, pada umumnya, kesadaran datang setelah diberi penjelasan
Setelah diberi pemahaman
Ada berbagai pemikiran yang berbeda dari para pemikir mengenai penjelasan dari kesadaran
Penjelasan panjang yang akhirnya menuju kepada kesimpulan: terima hidup ini apa adanya
Namun, adakah yang satu merupakan penjelasan yang paling benar dibandingkan dengan penjelasan yang lain?
Menurut saya,
Sekilas mereka nampak berbeda

Mereka yang telah mencapai tingkat enlightened
Baik secara pemahaman maupun secara laku jiwa
Akan berhati-hati memberikan penjelasan
Berhati-hati menggunakan bahasa dan istilah
Kepada tingkatan orang yang berbeda
Karena akan dapat memberikan pemahaman yang keliru

Para pemikir sepakat bahwa manusia telah melakukan banyak langkah untuk mencari jawaban
Jawaban atas kebahagiaan
Namun, dari sekian banyak langkah yang telah dilakukan
Belum juga bertemu kebahagaiaan
Hal itu disebabkan karena manusia lupa
Bahwa langkah-langkah ke luar, bukan merupakan jawaban atas pertanyaan mengenai kebahagiaan sejati
Karena manusia belum sadar
Bahwa sebenarnya yang diperlukan hanyalah satu langkah gampang
Yaitu langkah ke dalam

Menerima hidup apa adanya
Menerima, adalah laku yang pasif
Laku menunggu
Namun, apakah hidup ini hanya menunggu?
Diam menunggu sesuatu?

Bukan, 
Menurut saya hidup ini juga harus aktif
Melakukan sesuatu
Ibarat dua sisi mata uang
Pasif dan aktif atau sebaliknya
Mereka dua-duanya (harus) ada pada saat yang bersamaan

Menerima hidup apa adanya, belumlah lengkap
Apabila tidak dibarengi dengan melakukan sesuatu dalam hidup ini

Kemudian muncul pertanyaan
Sesuatu yang benar untuk dilakukan itu yang bagaimana?
Sesuatu yang perlu untuk dilakukan itu yang bagaimana?
Kenapa perlu melakukan hal itu?
Apakah saya dibenarkan melakukan hal-hal sekehendak hati saya?
Dibenarkan/disalahkan oleh siapa?


Saturday 31 January 2015

BUKU SUCI TERLENGKAP ADA DI KEPALA DAN HATI

Seorang pimpinan di divisi compliance di sebuah bank
Meminta seorang staff nya memeriksa terlebih dahulu kebijakan perusahaan
Mengenai batasan maksimum suatu fasilitas ang boleh diberikan ke satu nasabah
Staff tersebut tidak menemukan aturan dalam buku kebijakan perusahaan
Yang mengatur tentang batasan maksimum tersebut

Atasannya memberi nasehat:
Karena tidak diatur dalam buku kebijakan
Bukan berarti kita boleh seenaknya memberikan fasilitas
Bukan pula berarti kita tidak boleh memberikan 
Tapi pakailah nalar, pengetahuan kita, dan kecerdasan kita
Untuk menentukan
Berapa kira-kira jumlah fasilitas yang wajar dan layak diberikan


AGAMA SEBUAH PERJALANAN

Semua agama yang kita kenal saat ini
Saya yakin tidak langsung seperti ini di saat awal mula keberadaannya
Ia mengalami perubahan dalam perjalanan waktu sampai ke titik sekarang
Perubahan itu bisa sangat kecil sekali
Maupun perubahan yang besar

Perubahan itu suatu perjalanan
Perjalanan manusia mencari jawaban
Perjalanan manusia mengupas misteri alam
Bagi yang mempunyai pertanyaan

Perubahan itu termasuk munculnya pemikiran-pemikiran baru
Munculnya pertentangan-pertentangan
Pendapat-pendapat berbeda
Pikiran-pikiran berbeda
Yang oleh agama berbeda, disikapi dengan cara berbeda
Ada yang merangkul dan menkonsolidasikan perbedaan sebagai suatu kelengkapan
Tapi ada juga yang menkontraskan perbedaan dan menempelkan label sesat

Tidak terkecuali dengan perjalanan agama Hindu 
Dari kelahirannya di lembah Hindus
Dan perubahan sepanjang waktu
Sampai dengan Hindu Bali yang kita kenal dengan Rong Tiga nya

Ibaratnya mata pelajaran IPA
Yang terdiri dari Ilmu Fisika, Biologi dan Kimia
Yang jurusan Fisika menganggap siswa Jurusan Biologi siswa sesat 
Dan begitu sebaliknya
Namun siswa yang memahami IPA sebagai suatu kesatuan ilmu pengetahuan alam
Tidak merasa cukup hanya dengan memahami fisika, atupun biologi atapun pelajaran kimia saja