Alam semesta guruku, hati nurani agamaku. Hidup ini, sebuah misteri. Bagaimana dia ada, apa yang mengaturnya, kapan akan berakhir, dan setelah itu apa. Siapa diriku, dirimu, mereka, dia, kita semua, juga misteri. Orang yang sudah sadar akan dirinya, melihat Tuhan yang sama, Tuhan Yang Maha Esa di mana-mana, bersemayam di dalam semua mahluk hidup. Semoga semua penghuni jagat raya ini berbahagia.
Ibarat badan ini adalah kereta tanpa kesadaran, Siapakah Jiwa yang memiliki kekuasaan yang membuatnya sadar? Siapakah pengemudi kereta ini? Ada satu Jiwa di antara hal-hal di dunia ini Namun dia di atas hal-hal dari dunia ini. Dia jelas dan murni Dalam kedamaian Dari sebuah keluasan yang kosong. Dia di luar kehidupan badan dan citta Tidak pernah lahir Tidak pernah mati Abadi Senantiasa SATU di dalam kebesarannya sendiri Dialah Jiwa Yang kekuasaannya memberikan kesadaran kepada badan Dialah pengemudi kereta.
Nafas kehidupan adalah satu: Ketika kita bicara, hidup bicara,
Ketika kita melihat, hidup melihat, Ketika kita mendengar, hidup mendengar, Ketika kita berpikir, hidup berpikir, Ketika kita bernafas, hidup bernafas. Dan ada suatu yang lebih besar daripada nafas kehidupan. Karena sesesorang dapat hidup tanpa bicara: kita melihat orang bisu Seseorang dapat hidup tanpa melihat: kita melihat orang buta Seseorang dapat hidup tanpa mendengar: kita melihat orang tuli Sesorang dapat hidup tanpa citta yang benar: kita melihat orang gila Tetapi adalah kesadaran hidup yang menjadi nafas kehidupan dan memberikan hidup kepada badan. Nafas kehidupan adalah kesadaran kehidupan, dan kesadaran kehidupan adalah nafas kehidupan. Ketika kesadaran mengatur bicara, dengan bicara kita dapat mengucapkan kata-kata. Ketika kesadaran mengatur nafas, dengan tarikan nafas kita dapat mencium bau semua minyak wangi. Ketika kesadaran mengatur mata, dengan mata kita dapat melihat semua bentuk. Ketika kesadaran mengatur telinga, dengan telinga kita dapat mendengar semua bunyi. Ketika kesadaran mengatur lidah, dengan lidah kita dapat menelan semua rasa. Ketika kesadaran mengatur citta, dengan citta kita dapat memikirkan semua pikiran. Bukanlah wicara yang harus kita ketahui; Kita harus mengetahui yang bicara. Bukanlah hal-hal terlihat yang harus kita ketahui; Kita harus mengetahui yang melihat. Bukanlah suara-suara yang harus kita ketahui; Kita harus mengetahui yang mendengar. Bukanlah citta yang harus kita ketahui; Kita harus mengetahui sang pemikir. (Sumber: Upanisad Himalaya Jiwa: Kausitaki Brahmana Upanisad)