Alam semesta guruku, hati nurani agamaku. Hidup ini, sebuah misteri. Bagaimana dia ada, apa yang mengaturnya, kapan akan berakhir, dan setelah itu apa. Siapa diriku, dirimu, mereka, dia, kita semua, juga misteri. Orang yang sudah sadar akan dirinya, melihat Tuhan yang sama, Tuhan Yang Maha Esa di mana-mana, bersemayam di dalam semua mahluk hidup. Semoga semua penghuni jagat raya ini berbahagia.
Tuesday, 14 July 2015
Sunday, 12 July 2015
Sunday, 5 July 2015
DE TRI MAS KETIR
Dalam kehidupannya yang sangat sederhana
Di tengah masyarakat modern
Pekak (kakek) Wayan Monoh bercerita kepada cucunya yang masih kecil
Menjelang tidur
Berharap cucunya bermimpi indah
Hal yang dulu sering dilakukan oleh para orang tua
Kepada anaknya atau cucunya menjelang tidur
Alkisah tiga orang laki-laki bersaudara: Made Tri, Nyoman Mas, dan Ketut Ketir
Hidup di dukuh Belong
Sebuah desa yang luas
Hijau sawah dan perkebunan serta ternak yang gemuk-gemuk
Menggambarkan pedukuhan yang gemah ripah kertaraharja
Dipimpin oleh seorang kepala desa yang arif dan bijaksana: Ratu Bendesa
Made Tri, bersama istri dan anak-anaknya
Tergolong keluarga yang sederhana namun giat bekerja
Mengelola sepetak kebun pisang garapannya
Yang ada di sebelah rumah bambu miliknya
Tidak pernah mengeluh
Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki
Hidup bahagia bersama keluarga
Suatu saat dikala panen pisang tiba
Pisang yang ranum matang di pohon
Sungguh menggiurkan untuk dimakan
Made Tri bersama istri membungkus satu tandan pisang
Dibawa berjalan kaki jauh ke rumah Ratu Bendesa
Anaknya yang sudah mau beranjak dewasa
Ragu-ragu ikut bersama orang tuanya, seraya bertanya
Apakah kira-kira Ratu Bendesa akan menerima pisang tersebut
Apakah beliau membutuhkan pisang tersebut
Barangkali beliau memiliki banyak pisang yang jauh lebih bagus di kebunnya sendiri
Jangankan pisang, dengan kekayaan yang beliau miliki
Beliau bisa dengan gampangnya memperoleh barang-barang yang lebih bagus
Dibandingkan dengan pisang dari kebun ini
Sepertinya beliau tidak memerlukan apa-apa dari warganya
Made Tri diterima dengan baik di rumah Ratu Bendesa
Made Tri dengan pakaiannya yang sederhana
Berusaha tampil bersih dan rapi
Karena akan menghadap orang yang mereka sangat hormati
Made Tri setelah memberi salam yang tulus
Berusaha menata ucapan dan kata-katanya sebaik yang dia mampu
Tatkala menjelaskan maksud kedatangannya kepada Ratu Bendesa
Bahwa dirinya bersama keluarganya
Merasa bersyukur sekali dengan kepemimpinan Ratu Bendesa
Sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera
Dan dirinya, utamanya, bisa berkebun pisang
Yang disamping untuk dimakan sendiri
Juga untuk dijual ke pasar sebagai tambahan penghasilan
Untuk keluarganya
Rasa angayubagya tersebut
Dia wujudkan dengan menghaturkan setandan pisang
Buah yang sangat sederhana
Namun hanya itulah yang Made Tri miliki
Begitulah cara Made Tri menunjukkan rasa terima kasihnya
Dengan tulus ikhlas
Ratu Bendesa sangat tersentuh dengan niat dan ketulusan Made Tri
Dalam masyarakat yang makmur dibawah kepemimpan Ratu Bendesa
Ada saja warga yang pemalas
Ataupun yang tidak pernah merasa berkecukupan
Yang lumrah bisa dijumpai di hampir semua kelompok masyarakat
Nyoman Mas, adik kandung Made Tri
Termasuk seorang tukang kayu yang ahli di bidangnya
Berhasil memperoleh kepercayaan dari Ratu Bendesa
Untuk membangun sebuah lumbung
Tempat menyimpan padi
Namun karena gaya hidup Nyoman Mas dan keluarganya
Yang sangat boros dan suka berfoya-foya
Nyoman Mas selalu merasa penghasilannya tidak cukup
Bahkan sering masih harus meminjam kepada tetangganya
Begitu pula kepada Ratu Bendesa
Nyoman Mas meminta upahnya dibayar dulu sebelum perkerjaan dimulai
Karena Nyoma Mas membutuhkan uang
Jaman sekarang disebut “kas bon”
Ratu Bendesa sangat tidak berkenan dengan sikap warganya seperti itu
Dengan sangat marah Ratu Bendesa berbicara kepada Nyoman Mas
Saya Ratu Bendesa
Dari dulu saya menerapkan aturan yang berlaku untuk semua warga
Yaitu orang harus bekerja dulu, baru kemudian dibayar dengan upahnya
Bukan sebaliknya
Di mana-mana, petani menanam padi dulu
Baru kemudian memetik hasilnya kalau padinya sudah matang
Suara dan nada bicara Ratu Bendesa sangat berat dan dalam
Yang menunjukkan betapa beliau amat marah
Marah yang sama kepada warga yang datang hanya meminta-minta
Ataupun yang datang dengan kedok persembahan tapi ada maunya
Namun
Kemarahan beliau bukanlah kemarahan yang mendendam
Bukan kemarahan dari kegelapan
Beliau bukan sedang dibakar api amarah
Beliau bukan sedang diperbudak amarah
Namun
Beliau sedang memanfaatkan marah untuk tujuan kebaikan
Marah beliau adalah marah untuk mencerahkan
Untuk menyadarkan
Marah yang mengandung kasih
Di tengah masyarakat modern
Pekak (kakek) Wayan Monoh bercerita kepada cucunya yang masih kecil
Menjelang tidur
Berharap cucunya bermimpi indah
Hal yang dulu sering dilakukan oleh para orang tua
Kepada anaknya atau cucunya menjelang tidur
Alkisah tiga orang laki-laki bersaudara: Made Tri, Nyoman Mas, dan Ketut Ketir
Hidup di dukuh Belong
Sebuah desa yang luas
Hijau sawah dan perkebunan serta ternak yang gemuk-gemuk
Menggambarkan pedukuhan yang gemah ripah kertaraharja
Dipimpin oleh seorang kepala desa yang arif dan bijaksana: Ratu Bendesa
Made Tri, bersama istri dan anak-anaknya
Tergolong keluarga yang sederhana namun giat bekerja
Mengelola sepetak kebun pisang garapannya
Yang ada di sebelah rumah bambu miliknya
Tidak pernah mengeluh
Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki
Hidup bahagia bersama keluarga
Suatu saat dikala panen pisang tiba
Pisang yang ranum matang di pohon
Sungguh menggiurkan untuk dimakan
Made Tri bersama istri membungkus satu tandan pisang
Dibawa berjalan kaki jauh ke rumah Ratu Bendesa
Anaknya yang sudah mau beranjak dewasa
Ragu-ragu ikut bersama orang tuanya, seraya bertanya
Apakah kira-kira Ratu Bendesa akan menerima pisang tersebut
Apakah beliau membutuhkan pisang tersebut
Barangkali beliau memiliki banyak pisang yang jauh lebih bagus di kebunnya sendiri
Jangankan pisang, dengan kekayaan yang beliau miliki
Beliau bisa dengan gampangnya memperoleh barang-barang yang lebih bagus
Dibandingkan dengan pisang dari kebun ini
Sepertinya beliau tidak memerlukan apa-apa dari warganya
Made Tri diterima dengan baik di rumah Ratu Bendesa
Made Tri dengan pakaiannya yang sederhana
Berusaha tampil bersih dan rapi
Karena akan menghadap orang yang mereka sangat hormati
Made Tri setelah memberi salam yang tulus
Berusaha menata ucapan dan kata-katanya sebaik yang dia mampu
Tatkala menjelaskan maksud kedatangannya kepada Ratu Bendesa
Bahwa dirinya bersama keluarganya
Merasa bersyukur sekali dengan kepemimpinan Ratu Bendesa
Sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera
Dan dirinya, utamanya, bisa berkebun pisang
Yang disamping untuk dimakan sendiri
Juga untuk dijual ke pasar sebagai tambahan penghasilan
Untuk keluarganya
Rasa angayubagya tersebut
Dia wujudkan dengan menghaturkan setandan pisang
Buah yang sangat sederhana
Namun hanya itulah yang Made Tri miliki
Begitulah cara Made Tri menunjukkan rasa terima kasihnya
Dengan tulus ikhlas
Ratu Bendesa sangat tersentuh dengan niat dan ketulusan Made Tri
Dalam masyarakat yang makmur dibawah kepemimpan Ratu Bendesa
Ada saja warga yang pemalas
Ataupun yang tidak pernah merasa berkecukupan
Yang lumrah bisa dijumpai di hampir semua kelompok masyarakat
Nyoman Mas, adik kandung Made Tri
Termasuk seorang tukang kayu yang ahli di bidangnya
Berhasil memperoleh kepercayaan dari Ratu Bendesa
Untuk membangun sebuah lumbung
Tempat menyimpan padi
Namun karena gaya hidup Nyoman Mas dan keluarganya
Yang sangat boros dan suka berfoya-foya
Nyoman Mas selalu merasa penghasilannya tidak cukup
Bahkan sering masih harus meminjam kepada tetangganya
Begitu pula kepada Ratu Bendesa
Nyoman Mas meminta upahnya dibayar dulu sebelum perkerjaan dimulai
Karena Nyoma Mas membutuhkan uang
Jaman sekarang disebut “kas bon”
Ratu Bendesa sangat tidak berkenan dengan sikap warganya seperti itu
Dengan sangat marah Ratu Bendesa berbicara kepada Nyoman Mas
Saya Ratu Bendesa
Dari dulu saya menerapkan aturan yang berlaku untuk semua warga
Yaitu orang harus bekerja dulu, baru kemudian dibayar dengan upahnya
Bukan sebaliknya
Di mana-mana, petani menanam padi dulu
Baru kemudian memetik hasilnya kalau padinya sudah matang
Suara dan nada bicara Ratu Bendesa sangat berat dan dalam
Yang menunjukkan betapa beliau amat marah
Marah yang sama kepada warga yang datang hanya meminta-minta
Ataupun yang datang dengan kedok persembahan tapi ada maunya
Namun
Kemarahan beliau bukanlah kemarahan yang mendendam
Bukan kemarahan dari kegelapan
Beliau bukan sedang dibakar api amarah
Beliau bukan sedang diperbudak amarah
Namun
Beliau sedang memanfaatkan marah untuk tujuan kebaikan
Marah beliau adalah marah untuk mencerahkan
Untuk menyadarkan
Marah yang mengandung kasih
Subscribe to:
Posts (Atom)