Thursday, 16 January 2014

KITA HARUS MENGETAHUI SANG PEMIKIR

Nafas kehidupan adalah satu:
Ketika kita bicara, hidup bicara,

Ketika kita melihat, hidup melihat,
Ketika kita mendengar, hidup mendengar,
Ketika kita berpikir, hidup berpikir,
Ketika kita bernafas, hidup bernafas.

Dan ada suatu yang lebih besar daripada nafas kehidupan.

Karena sesesorang dapat hidup tanpa bicara: kita melihat orang bisu
Seseorang dapat hidup tanpa melihat: kita melihat orang buta
Seseorang dapat hidup tanpa mendengar: kita melihat orang tuli
Sesorang dapat hidup tanpa citta yang benar: kita melihat orang gila

Tetapi adalah kesadaran hidup yang menjadi nafas kehidupan dan memberikan hidup kepada badan.
Nafas kehidupan adalah kesadaran kehidupan, dan kesadaran kehidupan adalah nafas kehidupan.

Ketika kesadaran mengatur bicara, dengan bicara kita dapat mengucapkan kata-kata.
Ketika kesadaran mengatur nafas, dengan tarikan nafas kita dapat mencium bau semua minyak wangi.
Ketika kesadaran mengatur mata, dengan mata kita dapat melihat semua bentuk.
Ketika kesadaran mengatur telinga, dengan telinga kita dapat mendengar semua bunyi.
Ketika kesadaran mengatur lidah, dengan lidah kita dapat menelan semua rasa.
Ketika kesadaran mengatur citta, dengan citta kita dapat memikirkan semua pikiran.

Bukanlah wicara yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui yang bicara.
Bukanlah hal-hal terlihat yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui yang melihat.
Bukanlah suara-suara yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui yang mendengar.
Bukanlah citta yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui sang pemikir.

(Sumber: Upanisad Himalaya Jiwa: Kausitaki Brahmana Upanisad)


No comments:

Post a Comment