Monday, 22 June 2015

KESADARAN DIRI

Wahai resi yang berpengetahuan tinggi,
Pada Zaman Kali [Kali Yuga]
yang keras ini,
Usia harapan hidup manusia sangatlah pendek.
Mereka suka bertengkar, malas, tersesat, bernasib sial, 
Dan di atas semua itu,
Mereka selalu resah. 

(Bhagavata Purana, Skanda 1, Bab 1, Sloka 10)

Penjelasan:

Para penyembah Tuhan senantiasa bersemangat untuk memajukan spiritualitas masyarakat umum. Ketika para resi di Naimisaranya menganalisa cara hidup orang-orang di zaman Kali, mereka meramalkan bahwa usia harapan hidup manusia akan menjadi singkat, yang disebabkan bukan oleh kekurangan pangan, melainkan karena pola hidup tidak teratur. Dengan mengelola hidup secara teratur, siapapun akan dapat menjaga kesehatannya. Makan berlebihan, mencari kepuasan indera berlebihan, sangat tergantung pada kemurahan hati orang lain, dan standar hdiup yang artifisial (palsu) menyerap vitalitas energi manusia. Karena itu usia harapan hidup menjadi pendek.


Orang-orang zaman ini juga cenderung sangat malas, tidak hanya dalam hal-hal material, tetapi juga dalam soal kesadaran diri. Kehidupan manusia khususnya dimaksudkan untuk kesadaran diri. Ini berarti, manusia harus berusaha mengetahui siapa dirinya, apa dunia ini, dan apa yang paling benar, atau kebenaran tertinggi. Kehidupan manusia dimaksudkan untuk menemukan cara yang memungkinkan entitas hidup dapat menghentikan segala jenis penderitaan dari usaha keras dalam eksistensi material dan cara untuk kembali kepada Tuhan, rumah abadinya. Tetapi, akibat sistem pendidikan yang buruk, membuat orang tidak berkeinginan untuk kesadaran diri. Bahkan, jika mereka datang untuk itu, malangnya mereka jadi korban guru-guru palsu. 

Pada zaman ini, orang-orang tidak hanya menjadi korban berbagai doktrin dan politik, namun juga menjadi korban teralihkan ke berbagai jenis kesenangan indera. Pikiran mereka selalu resah dan penuh kecemasan akibat berbagai macam kesibukan. Pada zaman ini, banyak manusia bejat telah membuat agamanya sendiri dengan keyakinan tanpa didasari oleh sastera suci manapun. Dan membuka lebar kesempatan bagi orang yang kecanduan kesenangan indera untuk tertarik pada embaga-lembaga semacam itu. Sebagai hasilnya, dengan mengatasnamakan agama, banyak sekali kegiatan berdosa dilakukan oleh orang-orang itu yang kesemuanya tidak menentramkan pikiran dan tidak juga menyehatkan badan. 

Kelompok para siswa (brahmacari) tidak sanggup lagi bertahan lama, dan orang-orang berumah tangga tidak mengikuti aturan-aturan grahsta-asrama. Sebagai akibatnya, orang-orang yang namanya saja vanaprastha dan sanyasi yang berasa dari grahsta-asrama demikian mudah sekali keluar dari aturan yang telah digariskan. Pada jaman Kali, seluruh atmosfer dipenuhi oleh tiadanya sradha (iman). Nilai-nilai spiritual orang tidak bisa dipertahankan lagi. Kini kesenangan duniawi telah menjadi ukuran peradaban. Untuk memelihara peradaban-peradaban duniawi seperti itu, manusia telah membentuk bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok yang rumit, dan di antara kelompok berbeda itu senantiasa muncul peperangan baik secara terbuka maupun perang dingin. Oleh karena itu, sudah menjadi sangat sulit untuk mengangkat standar spiritual akibat terjadinya distorsi nilai-nilai masyarakat manusia saat ini. Para resi Naimisaranya sangat prihatin dan hendak membebaskan semua roh (jiva) yang jatuh sehingga lepas dari kemelekatannya.

(A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada)

No comments:

Post a Comment