Wednesday 15 May 2013

BERHENTI SEJENAK UNTUK MENDENGAR SUARA DAN MELIHAT CAHAYA


Oleh: Ngakan Made Madrasuta

Pagi-pagi waktu Nyepi saya mendengar suara burung-burung. Sesekali terdengar suara kendaraan yang melintas di jalan di depan rumah, bahkan di jalan raya yang agak jauh dari rumah. Tengah hari, tetangga di depan rumah mengadakan arisan keluarga. Suara nyayian dan percakapan mereka terdengar lebih jelas. Radio dan televisi, yang biasanya hiruk pikuk, yang menghalangi suara-suara dari luar masuk ke rumah, telah dimatikan sejak pagi. Begitulah suasana Nyepi di Jakarta.

Malam hari kami, saya, istri dan anak-anak berkumpul di ruang keluarga, bercakap-cakap tentang berbagai hal. Semuanya dilakukan tanpa penerangan lampu, gelap. Kami mendengar suara masing-masing lebih jelas, karena mata tidak dapat berfungsi, kami mencurahkan perhatian pada telinga.

Di luar rumah, kehidupan tetap berjalan seperti biasa. Tapi di dalam rumah saya merasakan dunia yang berbeda. Seperti seorang tukang perahu, yang selama satu tahun mengayuh perahu dari hulu ke hilir, hari ini saya menambatkan perahu ke tepi sungai. Di depan saya ada waktu setahun lagi untuk dilayari. Saya beristirahat di bawah sebatang pohon besar, Memandang sungai yang terus mengalir tanpa saya dan perahu saya.

Saya seperti seorang maharsi di jaman dahulu, yang menyingkir dari hiruk pikuk kehidupan dunia, menuju ke hutan untuk mencari dan bersatu dengan jiwanya. Jiwa yang adalah kesadaran murni, yaitu cahaya, kedamaian, kebenaran, dan cinta kasih.

Dalam kegelapan Nyepi, saya mencoba untuk melihat cahaya. Dalam kesunyian, saya mencoba untuk mendengar suara. Suara dari dalam. Dan in itidaklah mudah. "Bentuknya tidak dapat dilihat, tiada seorang pun melihat dia dengan mata. Mereka yang melalui hati dan pikiran mengetahui dia yang berdiam dalam hati abadi". (Svetasvatara Upanisad IV.20).

Manusia telah mampu mendengar suara yang berasal dari jarak yang jauhnya ribuan kilometer, sama jelasnya dengan suara orang yang di depannya, berkat teknologi telekomunikasi. Tapi manusia sering kesulitan mendengarsuara jiwanya, yang bersemayam dalam hati, yang jaraknya tidaklebih dari 60 cm dari telinganya.

Nyepi adalah sadhana (praktek spiritual) untuk melihat cahaya dan mendengar suara yang berasal dari gua di dalam hati.



No comments:

Post a Comment