Oleh: Shri Danu D.P ( I Wayan Sudarma)
”Canang sari inggih punika sarin kasucian kayun bhakti ring Hyang
Widhi tunggal. Napkala ngaksara kahiwangan-kahiwangan”.-
Canang sari
yaitu inti dari pikiran dana niat yang suci sebagai tanda bhakti/hormat
kepada Hyang Widhi ketika ada kekurangan saat sedang menuntut ilmu
kerohanian (lontar Mpu Lutuk Alit). Canang sari adalah suatu Upakāra
/banten yang selalu menyertai atau melengkapi setiap
sesajen/persembahan, segala Upakāra yang dipersiapkan belum disebut
lengkap kalau tidak di lengkapi dengan canang sari, begitu pentingnya
sebuah canang sari dalam suatu Upakāra /bebanten. Apakah sebenarnya
makna yang terkandung dalam sebuah canang sari?. Canang sari sebagai
lambang angga sarira serta hidup dan kehidupan. Yaitu:
Ceper
Ceper adalah sebagai alas dari sebuah canang, yang memiliki bentuk segi
empat. Ceper adalah sebagai lambang angga-sarira (badan), empat sisi
dari pada ceper sebagai lambang/nyasa dari Panca Maha Bhuta, Panca Tan
Mantra, Panca Buddhindriya, Panca Karmendriya. Keempat itulah yang
membentuk terjadinya Angga-sarira (badan wadag) ini.
Beras
Beras atau wija sebagai lambang/nyasa Sang Hyang Ātma , yang menjadikan
badan ini bisa hidup, Beras/wija sebagai lambang benih, dalam setiap
insan/kehidupan diawali oleh benih yang bersumber dari Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang berwujud Ātma . Ceper sebagai lambang/nyasa
angga-sarira/badan tiadalah gunanya tanpa kehadiran Sang Hyang Ātma .
Tak ubahnya bagaikan benda mati, yang hanya menunggu kehancurannya. Maka
dari itulah di atas sebuah ceper juga diisi dengan beras, sebagai
lambang/nyasa Sang Hyang Ātma . Maka dari itulah hidup kita di belenggu
oleh Citta dan Klesa, Ātma menimbulkan terjadinya Citta Angga-sarira
(badan kasar) menimbulkan terjadinya klesa, itulah yang menyebabkan
setiap umat manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Porosan
Sebuah Porosan terbuat dari daun sirih, kapur/pamor, dan jambe
atau gambir sebagai lambang/nyasa Tri-Premana, Bayu, Sabda, dan Idep
(pikiran, perkataan, dan perbuatan). Daun sirih sebagai lambang warna
hitam sebagai nyasa Bhatara Visnu, dalam bentuk tri-premana sebagai
lambang/nyasa dari Sabda (perkataan), Jambe/Gambir sebagai nyasa Bhatara
Brahma, dalam bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa Bayu
(perbuatan), Kapur/Pamor sebagai lambang/nyasa Bhatara Iswara, dalam
bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa Idep (pikiran). Suatu kehidupan
tanpa dibarengi dengan Tri-premana dan Tri Kaya, suatu kehidupan
tiadalah artinya, hidup ini akan pasif, karena dari adanya Tri-premana
dan Tri Kaya itulah kita bisa memiliki suatu aktivitas, tanpa kita
memiliki suatu aktivitas kita tidak akan dapat menghadapi badan ini.
Suatu aktivitas akan terwujud karena adanya Tri-Premana ataupun
Tri-kaya.
Tebu dan pisang.
Di atas sebuah ceper telah diisi
dengan beras, porosan, dan juga diisi dengan seiris tebu dan seiris
pisang. Tebu atapun pisang memiliki makna sebagai lambang/nyasa amrtha.
Setelah kita memiliki badan dan jiwa yang menghidupi badan kita, dan tri
Pramana yang membuat kita dapat memiliki aktivitas, dengan memiliki
suatu aktivitaslah kita dapat mewujudkan Amrtha untuk menghidupi badan
dan jiwa ini. Tebu dan pisang adalah sebagai lambang/ nyasa Amrtha yang
diciptakan oleh kekuatan Tri Pramana dan dalam wujud Tri Kaya.
Sampian Uras
Sampian uras dibuat dari rangkaian janur yang ditata
berbentuk bundar yang biasanya terdiri dari delapan ruas atau helai,
yang melambangkan roda kehidupan dengan Astaa iswaryanya/delapan
karakteristik yang menyertai setiap kehidupan umat manusia. Yaitu :
Dahram (Kebijaksanaan), Sathyam (Kebenaran dan kesetiaan), Pasupati
(ketajaman, intelektualitas), kama (Kesenangan), Eswarya (kepemimpinan),
Krodha (kemarahan), Mrtyu (kedengkian, iri hati, dendam), Kala (
kekuatan). Itulah delapan karakteristik yang dimiliki oleh setiap umat
manusia, sebagai pendorong melaksanakan aktivitas, dalam menjalani roda
kehidupannya.
Bunga
Bunga adalah sebagai lambang/nyasa,
kedamaian, ketulusan hati. Pada sebuah canang bunga akan ditaruh di atas
sebuah sampian uras, sebagai lambang/nyasa di dalam kita menjalani roda
kehidupan ini hendaknya selaludilandasi dengan ketulusan hati dan
selalu dapat mewujudkan kedamaian bagi setiap insan.
Kembang Rampai
Kembang rampai akan ditaruh di atas susunan/rangkaian
bunga-bunga pada suatu canang, kembang rampai memiliki makna sebagai
lambang/nyasa kebijaksanaan. Dari kata kembang rampai memiliki dua arti,
yaitu: kembang berarti bunga dan rampai berarti macam-macam, sesuai
dengan arah pengider-ideran kembang rampai di taruh di tengah sebagai
simbol warna brumbun, karena terdiri dari bermacam-macam bunga. Dari
sekian macam bunga, tidak semua memiliki bau yang harum, ada juga bunga
yang tidak memiliki bau, begitu juga dalam kita menjalani kehidupan ini,
tidak selamanya kita akan dapat menikmati kesenangan adakalanya juga
kita akan tertimpa oleh kesusahan, kita tidak akan pernah dapat
terhindar dari dua dimensi kehidupan ini. Untuk itulah dalam kita menata
kehidupan ini. Untuk itulah dalam kita menata kehiupan ini hendaknya
kita memiliki kebijaksanaan.
Lepa
Lepa atau boreh miyik
adalah sebagai lambang/nyasa sebagai sikap dan prilaku yang baik. Boreh
miyik/lulur yang harum, lalau seseorang memaki lulur, pasti akan
dioleskan pada kulitnya, jadi lulur sifat di luar yang dapat disaksikan
oleh setiap orang. Yang dapat dilihat ataupun disaksikan oleh orang lain
adalah prilaku kita, karena prilakunyalah seseorang akan disebut baik
ataupun buruk, seseorang akan dikatakan baik apabila dia selalu berbuat
baik, begitu juga sebaliknya seseorang akan dikatakan buruk kalau di
selalu berbuat hal-hal yang tidak baik. Boreh miyik sebagai
lambang/nyasa perbuatan yang baik.
Minyak wangi
Minyak
wangi/miyik-miyikan sebagai lambang/nyasa ketenangan jiwa atau
pengendalian diri, minyak wangi biasanya diisi pada sebuah canang.
Sebagai lambang/nyasa di dalam kita menata hidup dan kehidupan ini
hendaknya dapat dijalankan dengan ketenangan jiwa dan pengendalian diri
yang baik, saya umpamakan seperti air yang tenang, di dalam air yang
kita akan dapat melihat jauh ke dalam air, sekecil apapun benda yang ada
dalam air dengan gampang kita dapat melihatnya. Begitu juga dalam kita
menjalani kehidupan ini, dengan ketenangan jiwa dan pengendalian diri
yang mantap kita akan dapat menyelesaikan segala beban hidup ini.
No comments:
Post a Comment