Monday 29 April 2013

M I S T E R I





Alam raya ini tercipta dan bergerak, digerakkan dan terikat oleh hukum Dharma. Kita bagian dari alam, tidak bisa lepas dan tidak bisa mengingkari alam. Apakah Dharma hanya milik orang Hindu? Orang Hindu, adalah sebutan untuk sekelompok orang di lembah Sindu yang melaksanakan Dharma. Pada kenyataannya, Dharma juga diyakini dan dilaksanakan oleh banyak orang di luar orang Hindu, termasuk orang Kaharingan, Toba, Badui, sekelompok orang di Maluku, yang memeluk dan melaksanakan kepercayaan daerah. Apa itu Dharma? Salah satu cirinya adalah (diantara 5 ciri): meyakini akan dunia. Yang Ibu Sikha definisikan sebagai “dun-ia”, adalah tiga alam, bhur-bwah-swah loka (sebagaimana terdapat dalam Gayatri mantram). Bahwa alam jagat raya ini bukanlah hanya alam yang dilihat oleh mata telanjang kita secara fisik saja. Ada alam yang lain, yang tidak dimengerti oleh akal pikiran manusia. Namun, sebagaimana disebutkan dalam Gayatri mantram juga, bahwa sebagai manusia, kita harus terus menajamkan pengetahuan kita. Bertanya-bertanya-bertanya dan mencari jawaban. Berfirikir adalah kelebihan manusia dibandingkan dengan mahluk lain. Namun, anehnya, manusia adalah mahluk yang paling bodoh yang merasa pintar, katanya.

Komunikasi Dengan Tuhan

Masih berkaitan dengan berguru kepada alam. Bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan kita? Saya yakin banyak di antara kita yang “bisa melihat” dan/atau “bisa mendengar”. Tapi saya yakin tidak sedikit juga yang “bisa merasa”. Tentu ada juga yang termasuk orang yang tidak bisa “melihat” tidak “bisa mendengar”, dan tidak yakin apakah “bisa merasa”, tapi yakin bahwa tiap detik Tuhan “berbicara” kepadanya dan kepada semua ciptaanNya, yakin bahwa Tuhan menjawab doa kita, menjawab pertanyaan kita, melalui kejadian alam, bisa berupa hal kecil, seperti hembusan angin, atau sederet kalimat pada sobekan koran kucel, atau pembicaraan orang lain yang tidak sengaja terdengar, atau pertemuan dengan orang lain yang tidak direncakan, atau kejadian yang lebih besar. Hanya hati yang tertutup, yang menyebabkan tidak mampu menangkap pesan-pesan tersebut. Terlewat begitu saja tanpa arti. 

Flat Linners


Ini tidak ada kaitannya dengan judul sebuah film. Flat line, alias garis lurus datar. Mungkin masih banyak yang meyakini bahwa hidup ini, seperti garis lurus datar, ada awal dan akhir. Kalau sudah di ujung, ya berakhir, tanpa ada apa-apa lagi, alias musnah. Berbeda dengan “NOL”, seperti yang pernah saya muat juga dalam salah satu postingan saya, yang merupakan lingkaran tanpa awal tanpa ujung. Tidak ada pemusnahan. Selalu ada hal baru setelah hal lama. Hal sekarang adalah perjalanan dari hal sebelumnya, yang akan menjadi hal baru di kemudian waktu. Banyak representasi lain dari “NOL”, seperti yang sudah sering kita dengar. 



Mari mengkaji alam tanpa henti.

No comments:

Post a Comment