Alam raya ini tercipta dan
bergerak, digerakkan dan terikat oleh hukum Dharma. Kita bagian dari
alam, tidak bisa lepas dan tidak bisa mengingkari alam. Apakah Dharma
hanya milik orang Hindu? Orang Hindu, adalah sebutan untuk
sekelompok orang di lembah Sindu yang melaksanakan Dharma. Pada
kenyataannya, Dharma juga diyakini dan dilaksanakan oleh banyak orang di
luar orang Hindu, termasuk orang Kaharingan, Toba, Badui, sekelompok
orang di Maluku, yang memeluk dan melaksanakan kepercayaan daerah. Apa
itu Dharma? Salah satu cirinya adalah (diantara 5 ciri): meyakini akan
dunia. Yang Ibu Sikha definisikan sebagai “dun-ia”, adalah tiga alam,
bhur-bwah-swah loka (sebagaimana terdapat dalam Gayatri mantram). Bahwa
alam jagat raya ini bukanlah hanya alam yang dilihat oleh mata telanjang
kita secara fisik saja. Ada alam yang lain, yang tidak dimengerti oleh
akal pikiran manusia. Namun, sebagaimana disebutkan dalam Gayatri
mantram juga, bahwa sebagai manusia, kita harus terus menajamkan
pengetahuan kita. Bertanya-bertanya-bertanya dan mencari jawaban.
Berfirikir adalah kelebihan manusia dibandingkan dengan mahluk lain.
Namun, anehnya, manusia adalah mahluk yang paling bodoh yang merasa
pintar, katanya.
Komunikasi Dengan Tuhan
Masih berkaitan dengan berguru kepada
alam. Bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan kita? Saya yakin banyak di
antara kita yang “bisa melihat” dan/atau “bisa mendengar”. Tapi saya
yakin tidak sedikit juga yang “bisa merasa”. Tentu ada juga yang
termasuk orang yang tidak bisa “melihat” tidak “bisa mendengar”, dan
tidak yakin apakah “bisa merasa”, tapi yakin bahwa tiap detik Tuhan
“berbicara” kepadanya dan kepada semua ciptaanNya, yakin bahwa Tuhan
menjawab doa kita, menjawab pertanyaan kita, melalui kejadian alam, bisa
berupa hal kecil, seperti hembusan angin, atau sederet kalimat pada
sobekan koran kucel, atau pembicaraan orang lain yang tidak sengaja
terdengar, atau pertemuan dengan orang lain yang tidak direncakan, atau
kejadian yang lebih besar. Hanya hati yang tertutup, yang menyebabkan
tidak mampu menangkap pesan-pesan tersebut. Terlewat begitu saja tanpa
arti.
Flat Linners
Ini tidak ada kaitannya dengan
judul sebuah film. Flat line, alias garis lurus datar. Mungkin masih
banyak yang meyakini bahwa hidup ini, seperti garis lurus datar, ada
awal dan akhir. Kalau sudah di ujung, ya berakhir, tanpa ada apa-apa
lagi, alias musnah. Berbeda dengan “NOL”, seperti yang pernah saya muat
juga dalam salah satu postingan saya, yang merupakan lingkaran tanpa
awal tanpa ujung. Tidak ada pemusnahan. Selalu ada hal baru setelah hal
lama. Hal sekarang adalah perjalanan dari hal sebelumnya, yang akan
menjadi hal baru di kemudian waktu. Banyak representasi lain dari “NOL”,
seperti yang sudah sering kita dengar.
Mari mengkaji alam tanpa henti.
No comments:
Post a Comment