Friday, 26 December 2014

KACA SPION DAN LAMPU SIGN

Betapa menjengkelkan kalau ada pengemudi di depan kita
Yang tiba-tiba mengambil arah belok
Tanpa menyalakan lampu sign (lampu sen) terlebih dahulu
Kaca spion dan lampu sen
Dibuat oleh pabrikan mobil
Karena memang berfungsi penting untuk keselamatan diri sendiri
Maupun keselamatan orang lain
Benda itu diciptakan bukan sebagai asesori pajangan

Begitu pula halnya dengan manusia
Bagi yang meyakini manusia dicipatakan oleh Tuhan
Akal, budi, pikiran, nalar, rasa, logika
Diciptakan oleh Tuhan untuk manusia karena memang ada manfaat nya
Untuk keselamatan diri sendiri
Maupun keselamatan orang lain
Maka pergunakanlah alat-alat tersebut

Semua pengemudi

Yang sehat jiwanya
Apapaun agama, kepercayaan dan ras nya
Pastinya akan menyayangi mobilnya
Dan menghindari terjadinya kecelakaan

Kalau ada Tuhan yang memang menciptakan manusia ini
Secara logika, tentunya Tuhan yang menciptakan saya
Adalah Tuhan yang sama yang menciptakan rekan saya dan juga anda
Tidak ada Tuhan Hindu, Tuhan Islam, Tuhan Katolik dan lainnya
Tuhan ya Tuhan yang menciptakan semua ini

Kalau setiap agama memang punya Tuhan sendiri-sendiri
Maka sebelum umatnya mengkonversi umat lain
Tuhan nya sendiri dulu yang harus mengkonversi Tuhan agama lain
Bila saya saat ini beragama A beralih ke agama B, atau sebaliknya
Apakah berarti pencipta saya juga berubah?

Namun apabila Tuhan itu memang hanya satu untuk semua agama
Apakah berarti Tuhan telah melanggar ajarannya sendiri?
Karena Tuhan telah menciptakan orang agama lain
Yang dalam agama X dianggap orang sesat yang harus diselamatkan
Atau dalam agama Z dianggap orang yang harus dimusnahkan

Wednesday, 24 December 2014

M A A F

Marah, benci, dendam, galau, sedih
Membentuk energi negative menyelimuti diri kita 
Dan menghalangi energi positif alam masuk ke dalam diri kita
Ibaratnya bumi yang ditutupi mendung tebal
Yang tidak bisa ditembus cahaya matahari
Yang juga dapat mengacaukan ataupun mengganggu 
Keharmonisan energi sekitar

Permohonan maaf yang tulus
Dan memberikan maaf yang tulus
Dapat membuka kabut penutup diri kita
Menguak mendung tebal yang menggelayut di atas diri kita

Memberi maaf dan memohon maaf serta berterima kasih
Adalah salah satu dari sikap kerendahan hati
Hendaknya dilakukan setiap waktu

Bukan hanya di hari-hari ataupun saat tertentu saja

Om ksantavyah kayiko dosah
Ksantavyo vaciko mama
Ksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam
Om Santhi Santhi Santhi Om

KARMA BUKAN DAGANG

Hukum karma bukanlah hukum dagang
Dalam bisnis, bila kita punya piutang 3, dan punya hutang 1
Maka hutang kita dihapuskan dan kita hanya akan menerima piutang 2

Dalam hukum karma
Semua perbuatan akan menghasilkan akibat
Dan si pembuat karma akan menerima semua akibat dari semua perbuatannya

Kita yang menebar
Kita pula yang akan menuai

Tidak ada akibat yang menjadi hilang karena akibat yang lain
Bahkan seorang manusia yang digambarkan sangat bersih perilakunya pun
Tidak akan luput dari berbuat salah
Dan karenanya akan tetap menerima akibat dari perbuatan salah tersebut

Itu yang membuat kehidupan seorang manusia
Pasti ada pasang surutnya
Hanya saja, surutnya kehidupan seseorang
Berbeda dengan surutnya kehidupan orang lain
Tergantung dari karmanya

Dalam masa surut
Kita hanya berharap agar tabah menjalaninya
Karena kita layak mengalaminya
Masa surut, suatu saat pastilah akan berakhir
Berganti masa pasang




Monday, 15 December 2014

KITA TIDAK BISA BERSEMBUNYI DARI ATAUPUN MEMBOHONGI DIRI SENDIRI

Kita tidak bisa berbohong pada alam
Karena alam akan menerima pancaran energi dari kita
Dan akan bereaksi sesuai dengan energi yang kita lepaskan

Bahkan hanya sekedar aktivitas berfikir, memiliki niat, 
Yang tak bisa dilihat ataupun dirasa manusia pada umumnya
Merupakan aktivitas pemancaran energi ke alam
Dan alam akan memberi reaksi yang sesuai

Alam tidak membedakan siapa yang memancarkan energi
Apakah wanita, pria, muda, tua, 
Tidak membedakan apa ras nya,
Tidak membedakan apa agamanya
Tidak membedakan apa status sosialnya
Tidak membedakan waktu dan tempat
Tidak membedakan apakah dia manusia atau mahluk jenis lain

Alam hanya membedakan energi yang seperti apa yang diterimanya
Dan akan memberikan reaksi yang sama untuk energi yang sama
Alam sangat adil.

Alam tidak bisa dibohongi
Karena alam tidak pernah berhenti bekerja
Dia selalu terjaga dan menerima energi dan memberikan reaksi yang sesuai dan adil

Manusia tidak bisa bersembunyi dari pantauan alam
Karena alam adalah setiap ruang dan waktu dalam jagat raya ini
Dan termasuk ruang dalam ruang hampa
Semua yang ada ini adalah bagian dari alam
Alam meresap dalam semua yang ada
Termasuk alam bhur, bwah maupun swah

Dan kita adalah bagian dari alam itu sendiri.

Kita tidak bisa membohongi diri sendiri
Kita tidak bisa lari dari diri sendiri
Kita tidak bisa bersembunyi dari diri sendiri

Sunday, 14 December 2014

DI ALAM MATERIAL, SELALU ADA LAWAN / MUSUH

PENYEMBAH MURNI TUHAN, MENDOAKAN KESEJAHTERAAN SEMUA INSAN

Kehidupan manusia diawali ketika dia mulai menekuni kehidupan sprititual
Makan, tidur, membela diri dan berketurunan, adalah empat sifat dasar binatang
Lalu apa bedanya manusia dengan binatang, kalau hanya melakukan empat dasar aktivitas tersebut?
Di mana letak kemuliaan manusia?

Kehidupan manusia dimulai ketika dia mulai menekuni spiritualitas
Ketika dia mulai mempertanyakan dan mencari penjelasan
Mengenai siapa dirinya, 
Apa tujuan hidupnya,
Apa hubungan dirinya dengan penghuni lainnya di jagat raya ini,
Dan dengan pemahamannya atas hubungan-hubungan tersebut
Kemudian membentuk pikiran, perkataan dan perilakunya.

Ada suatu bentuk agama dalam kehidupan manusia
Yang bertujuan menginsyafi-diri dan memberikan petunjuk hubungan yang kekal
Antara roh (sang jiwa) dan Sang Sumber Kehidupan (Tuhan ataupun Brahman).

Mahabarata,
Adalah perang dengan saudara
Saudara sedarah

Ketahuilah bahwa saudara sedarah kita yang lebih dekat lagi
Adalah diri sendiri

Mahabarata adalah perang dalam diri sendiri
Bukan perang dengan orang lain
Selalu ada lima Pandawa dan Seratus Korawa dalam diri manusia
Yang apabila tidak mengikuti pentunjuk dari Krisna 
Pandawa tidak akan pernah mengalahkan Korawa

Yang apabila tidak selalu eling
Sifat-sifat keTuhanan dalam diri
Tidak akan pernah menang, menguasai sifat-sifat kegelapan dalam diri.

Di dalam tingkatan yang lebih rendah dari masyarakat manusia
Di sana selalu terjadi perseteruan untuk berkuasa atas alam material
Atau dengan kata lain, 
Selalu ada lawan atau musuh yang abadi 
Dalam bersaing untuk memperebutkan kepuasan indera.

Di dalam dunia material 
Ada persaingan antara binatang, 
Antar manusia, antar masyarakat dan antar bangsa

Namun para penyembah murni Tuhan
Berada di atas persaingan-persaingan tersebut.
Para penyembah murni Tuhan
Bukan hanya bebas dari persaingan materialistik tersebut
Melainkan mereka juga mengharapkan kesejahteraan semua insan
Mereka sedang menempuh jalan untuk kembali kepada Tuhan
Tempat hidup yang kekal dan penuh kebahagiaan

Tidak sesuatupun yang bukan bagian dari Hakikat Sejati
Segala sesuatu yang terpancar dari Hakikat Sejati
Adalah energI-energi yang bersifat relatif
Tapi secara bersamaan, setiap energi adalah berbeda dengan Hakikat Sejati
Srimad-Bhagavatam secara gamblang mengemukakan filsafat “sama-dan-berbeda-pada-saat –yang-sama” ini dari Vedanta-sutra

Para rohaniawan murni
Sudah terbebas dari persaingan dunia material
Pemuasan indera

Zaman ini
Beragama lebih banyak dimotivasi oleh pencarian keuntungan ekonomi, untuk kepuasan indera
Bukan untuk tujuan spritiual

Banyak orang beranjak (merasa) ke tingkatan lebih tinggi
Mencari sorga dengan tujuan (tanpa disadari) untuk kepuasan indera
Mencari moksa dengan tujuan (tanpa dipahami) untuk kepuasan indera
Namun semua tingkatan itu pada hakekatnya
Kepuasan indera dalam bentuk lain.


(Dikutip dari penjelasan Srimad Bhagavatam, dan atas persepsi sendiri)

Saturday, 29 November 2014

PESAN TERAKHIR KRISNA

(Dalam serial TV Mahabarata, episode 267)

Selama orang-orang tinggal di tanah ini,                                                              
Ingatlah kisah Mahabarata ini
Semoga pelajaran ini berguna dan menerangi hidup kita

Benih dari kebenaran telah ditaburkan di hati merkea
Segera mereka akan mekar menjadi bunga-bunga
Semoga akan mendapatkan berkah
Semoga seluruh alam semesta mendapatkan berkah

Seluruh alam semesata ini adalah milik kita
Keluarga kita sendiri
Kebahagaian manusia terletak pada kebahagiaan keluarganya
Semoga tidak ada lagi permusuhan

Om Saha Naavavathu
Sahanau Bhunaktu
Saha Veeryam Kara Vaavahai
Tejasvi Naavadheetamastu
Maa Vidwishaavahai

Perang Mahabarata, kisah kepahlawanan Mahabarata, menegakkan banyak kebenaran. Tetapi kebenaran yang utama adalah, bahwa keegoan dan perselisihan, adalah akar penyebab sebuah dosa. Dan persatuan adalah dasar dari kebenaran. Bagaimana? Nilailah dirimu sendiri.

Hati manusia selalu dikelilingi oleh harapan utuk memperoleh kekuatan, kebahagiaan, kekayaan dan kemewahan. Tapi pada tingkat perorangan, manusia yang adil pada keturunannya, orang tuanya, saudaranya dan istrinya, dia tidak melakukan ketidak adilan.  Dia berbagi kekayaannya, baik yang berwujud maupun tidak berwujud dengan mereka. Karena dia tahu kalau kepuasannya terletak pada keluarga. Dasar kepuasannya adalah keluarga.

Orang juga akan tahu kalau kepuasannya tergantung pada masyarakatnya. Namun dia sering berlaku tidak adail pada masyarakatnya. Dia dengan seenaknya memeras masyarakat. Karena dia tidak meyakini bahwa masyarakat alasan di balik kepuasannya. Sebaliknya, dia berpendapat kalau ini, sebuah sarana untuk mencapai kepuasan. Perbedaannya terletak pada wawasan.

Tetapi ketika manusia menyadari, bahwa seluruh alam semesta adalah sebuah perwujudan dari Yang Maha Kuasa, setiap mahluk adalah bagian dari Yang Maha Kuasa, ini berarti tidak ada yang terpisah. Semua yang ada adalah bagian dari satu kesatuan. Seluruh alam semesta ini adalah milik kita, keluarga kita sendiri. Maka tidak ada alasan untuk marah. Semua bentrokan, semua permusuhan, semua balas dendam, akan musnah. Membaktikan diri pada Tuhan, dan bersatu dengan alam semesta, adalah azas dasar dari kebenaran.

Perjalanan yang terjadi dalam Mahabarata, adalah dari kemarahan seseorang menjadi kenyataan, dari perpecahan menjadi persatuan.  Selama orang-orang tinggal di tanah ini, ingatlah kisah Mahabarata ini. Penghancuran yang sangat luas ini, tidak akan terjadi lagi. Tidak ada kekuatan yan dapat mengurangi kebesarannya.

Salam hangat dengan tulus hati, telah mengikuti perjalananku, di perjalanan ini. Benih kebenaran telah ditaburkan di hati mereka, segera mereka akan mekar menjadi bunga-bunga. Semoga memperoleh berkah. Semoga seluruh alam semesta memperoleh berkah.

Om Saha Naavavathu
Semoga Yang Maha Kuasa selalu melindungi kita
Sahanau Bhunaktu
Semoga kita mendapat rejeki
Saha Veeryam Kara Vaavahai
Semoga kita bisa bekerja sama dengan kekuatan Tuhan
Tejasvi Naavadheetamastu
Semoga pelajaran ini berguna dan menerangi hidup kita
Maa Vidwishaavahai
Semoga tidak ada rasa permusuhan ataukecemburuan terhadap yang lain

Om Shanti Shanti Shanti

Semoga damai di hati, damai di dunia, damai di akhirat.

Friday, 28 November 2014

GOLDEN AGE - SANATANA DHARMA


Yang penting bukan agama, tapi spirituality

Banyak duka dan penderitaan di muka bumi ini
Yang diakibatkan oleh terkotak-kotaknya manusia
Oleh agama yang berbeda-beda

Bahkan melaksanakan ajaran Hindu
Tanpa memahami ajaran spiritualitas yang ada di dalamnya
Tidak melaksanakan sesuai ajaran Dharma (Sanatana Dharma)
Tidaklah cukup

Jika kita tidak menyertakan spirituality
Dalam setiap tindakan kita
Maka yang akan ada hanyalah penderitaan

Jika spiritualitas sudah dimiliki oleh setiap orang di bumi ini
Artinya pada saat agama-agama sudah tidak ada
Pada saat manusia tidak lagi terkotak-kotak oleh agama
Tapi disatukan oleh universal law, natural law
Spiritualitas
Saat itulah "golden age" akan tercipta

Sanatama Dharma pernah ada di seluruh muka bumi ini
Dengan sebutan yang berbeda-beda
Sebelum agama-agama ada

Dharma is harmony in diversity
Harmoni dalam perbedaan
Karena hidup ini terdiri dari perbedaan
Namun kita adalah satu



Sunday, 2 November 2014

AGAMA MISTIK (?)

Bukanlah suatu hal yang aneh
Bilamana banyak orang yang kesulitan memahami Hinduisme
Atau yang aslinya dikenal dengan Sanatana Dharma

Karena Hinduisme bukanlah sebuah agama
Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan Hinduisme pertama kali dicetuskan
Siapa manusia pertama kali yang mencetuskannya
Siapa nabi nya

Hinduisme merupakan jalan spiritual
Yang menuntun pemeluknya untuk mengalami sendiri
Kebenaran yang ada dalam dirinya
Untuk mencapai kesadaran tertinggi
Di mana manusia dan Tuhan adalah satu

Saya adalah seorang Hindu
Tatkala saya meyakini Tuhan itu adalah sebuah sosok personal
Yang ada di luar badan manusia
Yang mempunyai bentuk dan nama
Dan sorga neraka itu ada setelah mati

Saya adalah soerang Hindu
Tatkala menyebut Tuhan dengan nama Shiva
Begitupun tatkala menyebut Tuhan dengan nama Wishnu ataupun Brahma (Agni)
Begitu pula tatkala saya menyembah saktinya para Dewa

Namun saya adalah tetap seorang Hindu
Tatkala saya meyakini Tuhan itu ada meresap dalam semua ciptaanNya
Tatkala saya meyakini, Tuhan ada di dalam diri manusia
Tatkala saya mencari Tuhan ke dalam diri saya
Tatkala saya mencari sorga dan neraka ke dalam diri, saat ini
Tatkala saya meyakini Tuhan itu adalah alam semesta ini
Tatkala saya meyakini kita semua terhubung, the whole universe is in a one connection
Tatkala saya meyakini, we create our own destiny

Saya seorang Hindu
Tatkala saya menyembah Tuhan dengan berbagai ritual dan simbol-simbol
Namun
Saya tetap seorang Hindu
Tatkala saya hanya duduk sendiri dengan hati dan pikiran saya tanpa apa-apa
Berkomunikasi dengan Tuhan
Baik yang ada di luar maupun di dalam diri saya

Saya seorang Hindu
Tatkala saya memakan semua makanan dengan wajar
Namun
Saya tetap seorang Hindu tatkala saya memutuskan untuk menjadi vegetarian

Saya seorang Hindu
Manakala saya mengejar harta dan kama (duniawi) berdasarkan dharma
Namun
Saya tetap seorang Hindu
Bilamana saya memutuskan untuk semakin meninggalkan ketertarikan dengan duniawi

Kebenaran apakah yang diajarkan dalam Sanatana Dharma?
Jalan apakah yang diajarkan dalam Hinduisme
Kebenaran universal tapi tidak general
Jalan spiritual untuk semua orang dengan tingkatan yang berbeda
Dengan pemahaman dan kemampuan yang berbeda
Jalan yang bebas dengan tujuan yang sama
Jalan dan cara tersebut dapat saja sangat unik untuk orang yang bersangkutan
Karena jalan tersebut bersifat pribadi
Yang bisa saja berbeda dengan orang lain.






MENJADI MANUSIA ITU MULIA

Apa yang katanya wahyu dari Tuhan
Sebaiknya tidak ditelan apa adanya membabi buta
Apa yang katanya hanya merupakan hasil pemikiran manusia
Hendaknya jangan langsung dibuang ke tong sampah

Cerna dulu pakai kecerdasan
Kecerdasan nalar maupun kecerdasan rasa
Karena hanya manusia yang diberkati oleh Tuhan
Dengan kecerdasan tersebut

Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan
Bahwa pustaka Mahabrata lahir dari budi luhur sang punjangga
Sang maharsi, Bhagawan Byasa nama beliau


Ri sakwehing sarwa bhuta,
Iking janma wwang juga wenang gumayaken ikang cubha acubha karma,
Kuneng panentasakena ring cubha karma juga ikang acubhakarma,
Phalaning dadi wong.

Di antara semua mahluk hidup
Hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah
Yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk;
Leburlah ke dalam perbuatan baik,
Segala perbuatan yang buruk itu;
Demikian lah gunanya (pahalanya) menjadi manusia


Apan iking dadi wwang
Uttama juga ya,
Nimittaning mangkana,
Wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara,
Makasadhanang cubhakarma,
Hinganing kottamaning dadi wwang kita.

Menjelma jadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama
Sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik
Demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia

Iking tang janma wwang, 
Ksanikaswabhawa ta ya, 
Tan pahi lawan kedapning kilat, durlabha towi, 
Matangnyan pongakena ya ri kagawayanning dharmasadhana, sakananging manasanang sangsara, 
Swargaphala kunang.

Kelahiran sebagai manusia sangat pendek dan cepat,
Bagaikan pijaran cahaya petir,
Lagi pula kesempatan seperti ini sungguh sulit di dapatkan.
Oleh karena itu pergunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya,
Lakukanlah perbuatan-perbuatan bajik/benar
Yang akan memutus lingkaran dan putaran kesengsaraan lahir dan mati,
Dimana kebebasan abadi itu bisa di peroleh.

(sumber: Sarasamuccaya, http://dongengbudaya.wordpress.com/2012/09/15/sarasamuscaya/ )




Sunday, 28 September 2014

BERAGAMA

Beragama

Setelah beragama
Kalau kita menjadi orang yang merasa paling super
Paling benar
Dan sibuk menyalahkan orang lain

Saya yakin kita salah belajar agama

Seharusnya setelah beragama
Kita menjadi lebih rendah hati
Lebih kasih
Lebih welas
Lebih toleran
Dan lebih menerima keberagaman


Tuesday, 23 September 2014

PERJALANAN

Tidak berharap hal yang mudah
(Karena tahu diri)

Bukan berarti mengharapkan yang susah

Namun hanya berharap semoga kuat menjalani

Agar mudah dan susah, menjadi tidak relevan lagi

- Rahayu - 

Sunday, 31 August 2014

SITUASI UMAT ISLAM DI BALI, GAWAT DAN SANGAT TERTEKAN?

28 Agustus 2014

[Sumber: http://m.kompasiana.com/post/read/683684/1/situasi-umat-islam-di-bali-gawat-dan-sangat-tertekan.html]


Hari-hari belakangan ini, kita di Indonesia dihebohkan dengan berita dari Bali, tentang pelarangan pemakaian jilbab bagi muslimah. Diawali dari berita protes warga Bali atas perintah pemakaian jilbab bagi karyawan Hypermart. Sebuah jaringan swalayan besar di pulau ini. Lalu ini memancing orang mengulik masalah lain, pelarangan pemakaian jilbab di sekolah negeri.

Di negara ini berita yang menyerempet-nyerempet agama (baca : Islam) seperti ini. Tidak butuh waktu lama untuk segera menjadi santapan empuk nan lezat bagi para penganut paham radikal. Yang jangankan kelompok berbeda agama, yang seagama dengan mereka tapi berbeda pandangan saja biasa mereka ‘syiah-kan’, Sepilis-kan sampai mereka kafirkan.

Berita yang tadinya sehasta mereka penggal menjadi sejengkal, lalu ditambahi dengan bumbu-bumbu yang sejengkal tadi bertambah menjadi sedepa.

Berita hasil olahan kelompok jenis ini selalu bermuara pada kesimpulan apa yang mereka sebut sebagai FAKTA bahwa kalau Islam yang menjadi mayoritas, semua penganut agama lain hidup dengan tenang dan nyaman. Sebaliknya kalau Islam menjadi minoritas, maka umat Islam selalu ditekan dan dilecehkan. Mereka dengan mantap selalu bisa meyakinkan pengikutnya, bahwa di manapun di muka bumi, Islam selalu menjadi korban.

Teknik memposisikan diri sebagai korban ini adalah teknik yang selalu digunakan di sepanjang sejarah peradaban untuk membangkitkan semangat perlawanan. Dengan memposisikan diri sebagai korban semua menjadi halal. Contoh nyata dari keberhasilan teknik ini adalah pembantaian yang dilakukan suku Hutu yang digambarkan sebagai mayoritas yang menjadi korban terhadap suku Tutsi di Rwanda dan Burundi.

Salah seorang yang paling bersemangat dengan adanya berita dari Bali ini adalah Jonru, kader PKS yang namanya naik daun saat pilpres silam karena sangat militant dalam mendukung pasangan Prabowo-Hatta.

Jonru dan kawan-kawan menggambarkan bahwa media-media di negeri ini (kecuali dia dan orang-orang sejenisnya) selalu mendiskreditkan Islam. ‘Kekerasan’ yang dilakukan umat Islam selalu dibesar-besar, sementara kalau umat lain yang melakukan ketidak adilan pada umat Islam. Media bungkam.

Di tangan Jonru yang sangat mahir mengolah kata. Berita-berita yang sebenarnya sangat bisa dianalisa dengan memahami latar belakang dan alsannya ini diubah menjadi begitu bombastis. Berdasarkan penggambaran yang disampaikan Jonru, pembacanya langsung membayangkan seolah-olah pulau Bali ini isinya cuma para pembenci Islam. Oleh Jonru orang Islam di Bali digambarkan seolah-olah sedemikian menderita dan tertekan. Seolah-olah di pulau ini semua manusia begitu alergi wanita jilbab dan sebaliknya sangat nyaman melihat perempuan berbikini.

Dan akhirnya gampang ditebak, berita ini memicu reaksi keras dari seluruh negeri. Kaum muslimin yang menerima berita hasil olahan Jonru. Sebagai wujud simpati kepada warga muslim yang mereka bayangkan mendapat perlakuan ‘tidak adil’ di Bali, pulau dengan penduduk mayoritas hindu ini. Langsung bersemangat seperti mau perang.

Reaksi yang muncul untuk menghukum Bali beragam. Mulai dari yang mengusulkan supaya pulau Bali diboikot, tidak dikunjungi lagi sebagai tempat wisata supaya ekonominya mati. Sampai yang menganjurkan untuk melakukan pembalasan kepada warga Bali yang ada di luar pulau.

Menariknya, yang berkomentar itu bukanlah kelompok orang dengan pendidikan rendah. Beberapa di antara komentator ini adalah dosen perguruan tinggi negeri yang sudah menamatkan pendidikan di strata 2.

Tapi benarkah Bali sedemikian gawatnya?

Saya adalah seorang muslim yang sudah menetap di Bali sejak tahun 2003, tepat 4 bulan setelah peristiwa bom Bali pertama yang menghebohkan dunia. Saya menikah di tahun 2004 di Jakarta. Tapi selepas menikah, saya dan istri memutuskan menetap di Bali. Kami sekarang memiliki 3 orang anak yang semuanya lahir di Bali.

Tahun 2010, kami sekeluarga sempat pindah ke Jakarta selama 3 tahun. Tapi istri saya yang lahir dan besar di Jakarta. Ternyata tidak betah tinggal di tanah kelahirannya, memaksa saya untuk kembali ke Bali.

Sebelum tinggal di Bali. Dari lahir sampai masa awal masa remaja. Saya tinggal di Takengen, sebuah kota kecil yang merupakan kota terbesar di dataran tinggi Gayo. Awal masa remaja, sampai awal usia dewasa saya habiskan di Banda Aceh. Ibukota provinsi Aceh yang dikenal dengan nama Serambi Mekkah. Di kedua kota ini mayoritas penduduknya adalah pemeluk Islam.
Dengan latar belakang seperti ini, saya bisa membandingkan. Bagaimana perlakuan mayoritas dan tekanan terhadap minoritas di tempat saya berasal dan ketika saya menjadi minoritas di Bali.
Tentu saja ada perbedaan dalam menjalani agama yang saya anut, dalam posisi saya sebagai minoritas di Bali dan dalam posisi sebagai mayoritas di Gayo dan Aceh.

Contoh paling nyata pada hari Jum’at. Di Bali, hari jum’at pada saat waktu shalat orang-orang tetap ramai berkeliaran di jalan. Berbeda dengan di Gayo dan di Aceh yang mulai azan sampai selesainya shalat jum’at seluruh jalanan dan pertokoan sepi.

Kemudian di bulan ramadhan. Di Bali semua warung tetap buka. Tak akan ada yang melihat dengan pandangan aneh orang yang makan minum di tengah keramaian. Ini yang membedakan.

Tapi selebihnya, tak ada yang berbeda. Mesjid tetap mengumandangkan azan lima kali sehari. Shalat jum’at juga tetap ramai. Bahkan di Bali, seringkali saat shalat jum’at. Para pecalang Hindu lah yang menjaga keamanan.

Pengajian-pengajian, yasinan, membaca shalawat di tengah perumahan penduduk yang mayoritas Hindu. Biasa kami lakukan tanpa gangguan, bahkan meskipun itu dilakukan sampai larut malam.

Terus terang saya tidak bisa membayangkan kalau ini terjadi di Gayo, tanah kelahiran saya. Di tengah perumahan penduduk seperti Bale, Bebesen atau Kebayakan. Di Aceh, tempat saya menghabiskan masa muda sampai awal usia dewasa. Di kampung Laksana, Kampung Keuramat, Lamprit, Lingke atau Prada. Sekelompok warga beragama Kristen, malam-malam berkumpul menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Yesus. Atau komunitas Hindu yang melafalkan Puja Tri Sandya tiga kali sehari dengan pengeras suara. Lalu penduduk yang mayoritas muslim seperti saya, di sana akan tetap tenang, sama sekali tidak terganggu untuk menunjukkan bagaimana tolerannya penganut Islam.

Gambaran seperti ini, jelas tidak mungkin bisa kita dapatkan dari Jonru dan orang-orang sejenisnya. Anda harus ke Bali dan menetap di Bali beberapa lama, untuk bisa memahami ini.

Lalu benarkah media selalu mendiskreditkan Islam dan membela non muslim, membesar-besarkan ‘kekerasan’ yang dilakukan muslim sementara mentolerir intoleransi yang dilakukan non muslim.

Kalau kita bicara media Internasional dan yang dikategorikan sebagai Non Muslim ini adalah Kristen atau Yahudi, mungkin saja anggapan ini benar.

Tapi kalau yang kita bicarakan adalah media di Indonesia, dan yang yang dikategorikan sebagai non muslimnya adalah penganut Hindu Bali yang jumlahnya tidak sampai 4 juta di antara 253 juta penduduk negara ini. Apakah media juga berpihak pada non muslim?. Jangan buru-buru menjawab, mari kita bandingkan.

Seberapa besar porsi media memberitakan berita intoleransi di Bali ini dengan berita pembantaian penduduk penganut agama Hindu Bali oleh mayoritas Muslim di Lampung dan Sumbawa beberapa waktu yang lalu. Pada peristiwa pembantaian yang level kekejamannya tidak di bawah level kekejaman pembantaian Israel terhadap Palestina. Kenapa tidak ada media yang memberitakannya secara intens?.

Kalau media lebih berpihak ke Non Muslim. Kenapa kita lebih familiar dengan ‘pembantaian’ di Rohingya ketimbang pembantaian di Lampung dan Sumbawa?

Kalau orang Bali sedemikian bencinya kepada umat Islam sebagaimana digambarkan oleh Jonru dan kawan-kawan. Kenapa, setelah saudara-saudara mereka dibantai di Lampung dan Sumbawa, mereka tidak melakukan pembalasan dengan membantai muslim yang ada di Bali?. Kenapa sehabis peristiwa Bom Bali, dimana pelakunya dengan terang-terangan mengatakan di depan pengadilan dan diliput televisi dari seluruh dunia mengatakan dia melakukan pembantaian itu karena ‘MENJALANKAN PERINTAH AGAMANYA’ . Kami umat islam tidak diusir dari pulau ini?

Ketika terjadi peristiwa Bom Bali yang di blow up dan dibesar-besarkan jasanya adalah Haji Bambang, tetangga saya selama lima tahun tinggal di Kuta Permai. Sedemikian populernya Haji Bambang di blow up Media. Sampai dia mendapat anugerah pahlawan Asia, Kick Andy sampai diundang bicara di Dewan Keamanan PBB di New York sana.

Pertanyaannya kalau media lebih berpihak ke non muslim (baca: Hindu Bali). Kenapa dalam peristiwa Bom Bali ini, ‘jasa’ Haji Bambang yang di blow, bukan jasa-jasa tokoh yang beragama Hindu?.

Silahkan dijawab dan direnungkan dengan pikiran jernih.

Kembali ke berita tentang pelarangan jilbab dan sikap intoleransi di Bali.

Tentu saja, tidak semua berita yang disampaikan oleh media-media itu adalah isapan jempol belaka. Beberapa di antaranya mengandung kebenaran.
Benar ada protes atas perintah memakai jilbab di Hypermart. Tapi yang tidak disampaikan oleh Jonru dan manusia sejenisnya ini adalah ‘yang melakukan protes atas kewajiban memakai jilbab itu adalah para karyawati penganut Hindu’.

Benar ada usulan pelarangan pemakaian jilbab bagi siswi di sekolah negeri, tapi ide ini masih sedang didiskusikan. Benar ada sentimen anti Islam di Bali, tapi itu yang melakukannya adalah sekelompok orang di bawah pimpinan Arya Weda. Mantan anggota Boy Band yang satu grup dengan Indra Bekti yang mengangkat dirinya sendiri menjadi Raja Bali, melalui berbagai organisasi yang mengatasnamakan Hindu yang dia bentuk. Bukan seluruh orang Bali.

Yang tidak disampaikan oleh Jonru dan manusia sejenisnya adalah, di Bali sendiri ada perlawanan dari umat Hindu terhadap kelompok-kelompok intoleran ini. Contohnya, Jerinx yang dikenal sebagai drummer Grup Band ‘Superman Is Dead’, yang saat ini sedang gencar mengkampanyekan gerakan “Bali Tolak Reklamasi” beberapa kali melancarkan tantangan terbuka kepada Arya Weda untuk berdebat soal ideologinya. Tapi tak pernah ditanggapi.

PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia) yang dalam konteks Islam setara MUI sendiri sudah mengecam tindakan intoleran seperti usulan pelarangan pemakaian jilbab bagi siswi muslim di sekolah negeri.

Jadi, berita yang kita dapat dari media itu memang mengandung kebenaran. Tapi kalau sumbernya adalah Jonru dan orang-orang sejenisnya. Harap diketahui, hanya sedikit kebenaran yang mereka tampilkan. Jauh lebih banyak lagi kebenaran yang sengaja mereka sembunyikan. Sebab tujuan mereka memang untuk membangkitkan semangat kebencian.

Sayangnya bagi sebagian orang Jonru itu layaknya utusan Tuhan. Apapun yang dia katakan, pasti benar jadi langsung diterima dengan serta merta tanpa saringan.

Win Wan Nur
Penganut Islam, Tinggal di Bali

Thursday, 14 August 2014

TIDAK ANAK-ANAK LAGI

Waktu saya kecil
Saya sering merengek untuk minta permen
Dengan cara duduk (ngambek) di atas bantal

Kakek saya kemudian bilang (menakut nakuti)
Jangan duduk di atas bantal
Nanti pantat kamu bisulan gede

Waktu kecil saya memang ama takut dengan bisul
Maka saya kemudian turun dari bantal

Kakek saya bukan hanya menakut-nakuti
Tapi juga mengiming-ngimingi
Kalau mau turun dari bantal
Nanti dikasi permen yang paling enak
Tapi nanti di surga setelah mati

Sekarang saya paham
Bahwa duduk di atas bantal gak bakalan bikin bisulan
Tapi memang tidak sopan duduk di atas bantal
Karena bantal (di tempat tidur) tempatnya di kepala

Saya juga paham bahwa permen yang dijanjikan kakek saya
Itu gak ada

Sekarang tidak jamannya lagi ngajari anak-anak
Dengan menakut-nakuti
Ataupun dengan iming-imgin

Tapi dengan logika dan rasa.

Selamat pagi.

Thursday, 19 June 2014

BERAGAMA LOGIKA DAN RASA

LOGIKA DASAR KEHIDUPAN
UNTUK YANG GALAU

5 logika dasar kehidupan di jagat raya ini
Logika yang bersumber dari pemahaman: ada akibat pasti ada penyebabnya
Logika dasar yang sejalan dengan hukum relativitas
Dan bersumber pada hukum kekekalan energi
Bahwa energi tidak pernah hilang
Energi hanya berubah dari satu bentuk
Ke bentuk lain

Logika pertama
Semua ada, karena ada yang menciptakan
Adanya akibat, karena ada sebab
Dalam penelusuran rantai sebab akibat,
Musti ada pencipta pertama, yang menciptakan dirinya sendiri
Musti ada akibat, yang tidak perlu sebab
Sebut saja dia sebagai maha pencipta
Sebut saja dia sebagai maha penyebab
Apa bentuk maha pencipta atau maha penyebab tersebut?
Berbentuk energi

Yang diciptakan bukan hanya materi yang terlihat
Bukan hanya hardware
Tetapi juga aturan yang mengatur, mengikat, semua kejadian
Tetapi juga software dari jagat raya ini

Dalam jagat raya ini
Bukan hanya manusia yang dia ciptakan
Tapi semua yang ada

Kalau yang maha pencipta itu ada
Kalau maha penyebab itu ada
Untuk apa dia menciptakan dirinya sendiri?
Untuk apa dia menciptakan jagat raya ini?

Untuk sementara kita simpan dulu pertanyaan itu.

Logika kedua
Dalam kehidupan ini
Manusia membuat suatu sebab
Yang akan menghasilkan akibat
Segala perbuatannya (sebab) akan menghasilkan (menuai) akibat
Akibat, datang setelah ada sebab
Bisa datang dengan segera
Bisa juga di waktu yang akan datang
Misteri yang masih belum diketahui penjelasannya

Logika ketiga
Manusia lahir sebagai bayi dalam kondisi yang berbeda-beda,
Merupakan akibat dari suatu sebab
Tapi kapan seorang bayi baru lahir sempat membuat sebab?
Berarti dia pernah hidup di dunia ini sebelum kelahirannya saat ini
Berarti akibat yang seorang bayi terima dalam hidupnya saat ini
Bukan hanya merupakan sebab yang dia buat sebelumnya dalam hidup ini
Tapi juga sebab yang dia buat pada kehidupan sebelum kehidupan ini

Dan sebab yang dia buat saat ini
Akibatnya bisa juga ditunai dalam kehidupan nanti
Setelah kehidupan ini

Logika keempat
Berarti walaupun fisik ini hancur (mati)
Ada yang kekal yang tetap hidup
Yang akan ada terus dari kehidupan ke kehidupan dengan fisik-fisik baru
Yang akan ada terus dari kelahiran ke kelahiran dengan fisik-fisik baru

Apa bentuk sesuatu yang kekal yang ada dalam diri kita itu?
Hanya energi yang tidak bisa mati
Dia hanya berubah bentuk
Kita sebut saja energy itu dengan roh, atman, jiwa, atau sebutan lainnya

Apa kaitan antara energi kekal (jiwa/roh/atman) dalam diri kita
Dengan energi maha pencipta, energi maha penyebab?
Akan djelaskan dalam logika kelima di bawah ini

Logika kelima
Sampai kapan energi yang kekal (atman) itu akan terus datang ke dunia ini
Dalam bentu-bentuk badan fisik yang baru?

Bilamana sudah waktunya dia tidak datang ke dunia ini lagi
Lalu ke mana dia pergi?

Datang ke dunia ini adalah merupakan akibat
Logikanya, agar tidak ada akibat
Maka jangan membuat sebab

Apakah berarti kita harus diam
Menunggu sisa-sisa akibat
Dari sebab-sebab sebelumnya
Habis perlahan sampai nol?

Atau
Ada sesuatu yang mengikat, menarik roh tersebut untuk datang kembali ke dunia ini?
Ikatan atau tarikan tersebut merupakan akibat
Sebab-sebab yang bagaimana yang membuat ikatan itu hilang?
Pasti ada sebab-sebab yang dapat menghilangkan ikatan itu
Kalau tidak, perputaran kelahiran-kelahiran tersebut akan tidak pernah berhenti.

Kalau pun kita dapat menemukan cara untuk menghentikan lingkaran kelahiran tersebut,
Sehingga sang atman tidak datang lagi ke dunia ini,
Lalu ke mana dia pergi?

Energi akan menyatu dengan sesamanya
Menyatu dengan energi
Dengan energy yang lebih besar
Seperti semua air mengalir menuju lautan
Tempat bertemu dan meleburnya semua air

Sang energy atman, menyatu kembali dengan energy yang maha besar
Sang maha pencipta
Sang maha penyebab.

Ciptaanya tidak hanya manusia
Ada binatang, tumbuhan dan lain-lain
Apakah dalam materi-materi (fisik) tersebut juga ada energy kekal?
Ada air yang akan menuju lautan?

Apa yang diajarkan oleh ke lima logika tersebut di atas?

Pertama,
Kita lah yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri
Sudah ada hukum alam yang adil yang mengatur
Tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan
Tugas kita hanya bekerja, tidak perlu mengkhawatirkan hasilnya
Tidak ada tempat untuk menyalahkan orang lain
Tidak ada tempat untuk mengeluh
Bekerjalah untuk diri kita sendiri

Kedua,
We are all connected
We are a one big family
Kita punya energy yang sama dalam diri kita
Yang datang dari, dan suatu saat akan menuju ke tempat yang sama

Ketiga,
Sang Pencitpa, sungguh Maha Besar
Kebesarannya dapat dilihat dalam ciptaanNya yang sangat besar
Maupun dalam ciptaanNya yang sangat kecil

Untuk apa Dia ciptakan semua ini?
Kalau di atas kita bicara logika
Untuk kali ini saya pakai rasa
Untuk apa Dia ciptakan semua ini?

Untuk kebaikan

Jakarta, 19 Juni 2014

Saturday, 17 May 2014

KEBEBASAN TERAKHIR

Ketika satu citta yang merindukan kebenaran
Menemukan kedamaian dari sumbernya sendiri,
Maka kecendrungan-kecendrungan palsu berhenti
Yang merupakan hasil dari perbuatan sebelumnya
Yang dilakukan di dalam tipuan (delusi) dari indria

Samsara, perpindahan kehidupan
Terjadi dalam citta seseorang

Oleh karena itu
Semoga seseorang menjaga cittanya murni
Karena apa yang dipikirkannya
Demikian ia jadinya
Inilah satu rahasia Keabadian

Citta seharusnya dijaga di dalam hati
Selama ia belum mencapai Akhir Tertinggi

Seperti air menjadi satu dengan air
Api dengan api
Dan udara dengan udara
Demikianlah citta menjadi satu
Dengan Citta Tak Terbatas
Dan dengan demikian 
Mencapai kebebasan terakhir

Citta sesungguhnya sumber dari ikatan
Dan juga sumber dari kebebasan

Untuk terikat kapada hal-hal dari dunia ini: inilah ikatan
Untuk bebas dari mereka: inilah kebebasan

(Maitri Upanisad)

Wednesday, 14 May 2014

J I W A

Ketika seorang manusia tidak dapat melihat bahkan tangannya sendiri
Bila ia mendengar satu suara
Setelah itu dia mengikuti jalannya
Dan ketika matahari terbenam
Ketika bulan pun terbenam
Dan api pun padam
Serta suarapun diam
Lalu apakah cahaya yang menerangi manusia?
Yang menuntun jalannya manusia?

Jiwa, sang Diri, lalu menjadi cahayanya

Agama, 
Kekuatan / kekuasaan 
Sorga - sorga
Dan semua
Bersandar pada Jiwa

Semua akan meninggalkan manusia 
Yang berfikir bahwa semuanya ada, terpisah dari Jiwa

Seperti segumpal garam 
Dilempar ke dalam air
Di dalamnya dia larut tidak dapat dipegang lagi
Tapi di manapun air itu di ambil
Di dalamnya ditemukan garam

Jiwa Tertinggi adalah satu samudera dari kesadaran murni tanpa tepi
Dan tanpa batas
Muncul dari unsur-unsurnya
Ke dalam unsur-unsur itu ia kembali lagi:
Tidak ada kesadaran setelah kematian.

(Upanisad Himalaya Jiwa, Media Hindu)

Sunday, 23 February 2014

KITA ADALAH SATU

Kita adalah satu
Karena kita diciptakan oleh pencipta yang sama
Hidup di alam yang sama
Tunduk kepada hukum yang sama

Kalau bicara hati
Sesungguhnya dia bersifat universal
Tanpa dibedakan oleh ras, agama, bahasa

Jangan tutup hati nurani kita.

ADAKAH SURGA DI BALI?

Saya teringat dengan pertanyaan seorang penumpang 
Yang duduk di sebelah saya
Pada penerbangan dari Adelaide to Denpasar
Akhir tahun 1993

Entah dia memang belum pernah ke Bali 
Ataukah hanya percakapan basa-basi chit-chat
Dalam penerbangan yang panjang
Dia bertanya kepada saya
Tempat-tempat mana yang menarik di Bali
Dia memang bukan dalam perjalanan ke Bali 
Tapi hanya transit di Bali 
Dalam perjalanan ke Eropa

Tempat-tempat mana yang menarik di Bali?
Agak butuh waktu saya menjawabnya
Saya balik bertanya kepadanya
"Tergantung pada apa yang kamu sukai"
"Tergantung pada apa yang mau kamu cari di Bali"

Menurut saya
Bali hanyalah sebuah pulau kecil
Cukup dekat ke mana-mana
Bahkan hanya dalam satu hari
Barangkali kita bisa mengitari pulau Bali 
Dengan berkendara

Hampir semua ada di Bali 
Dan dari stau tempat ke tempat lainya cukup dekat
Bahkan kadang-kadang sangat cukup dekat

Dari gunung ke laut,
Dari utara ke selatan
Dari timur ke barat
Dari tempat hingar bingar ke tempat hening
Dari tempat mahal ke tempat murah
Dari tempat modern ke tempat tradisional
Dari tempat kelemahlembutan ke tempat kekerasan
Dari tempat yang terang benderang ke tempat yang gelap gulita
Dari tempat gemerlap ke tempat prihatin
Semuanya dekat

Tidak salah rasanya kalau dikatakan
Semuanya ada di Bali 
Dan semuanya berdekatan
Sangat berdekatan

Bagi yang senang keheningan
Yang suka spiritualitas
Bali adalah tempatnya, Bali adalah surga bagi mereka
Bagi yang suka narkoba,
Yang suka mabuk duniawi 
Bali adalah tempatnya, Bali adalah surga bagi mereka
Mau apa, senang apa?
Bali adalah surga bagi mereka

Lalu kemudian
Neraka ada di sebelah mana?

Bagi yang suka terang
Mungkin saja gelap adalah neraka bagi mereka
Dan sebaliknya

Jadi
Neraka dan surgapun sangat berdekatan
Barangkali tidak lebih jauh dari 1 cm

Namun tujuan akhir dari hidup ini bukanlah surga
Tujuan akhir dari hidup ini adalah pulang ke asal kita
Kita adalah roh
Roh (jiwa) kita pulang ke rumahnya
Yaitu bersatu dengan Tuhan
Tuhan lah yang menjadi tujuan akhir hidup
Kalau kita mencari Tuhan
Surga pasti didapat
Tapi kalau kita mencari surga
Tuhan belum tentu didapat

Bali ibaratnya refleksi dari alam yang lebih kecil
Yang ada dalam diri setiap manusia
Semua ada berdampingan
Bukan dekat lagi
Tapi menyatu
Hanya dipisahkan oleh kesadaran

Alam yang lebih besar (makrokosmos)
Merupakan projection dari alam yang lebih kecil (mikrokosmos)
Atau sebaliknya

Aneh
Kalau ada sekelompok orang 
Yang mau menghancurkan Bali 
Karena bermaksud untuk menghilangkan neraka

Bali hanyalah tempat
Tempat akan selalu ada
Hanya perbedaannya adalah
Apakah tempatnya terbuka
Ataukah tempatnya sembunyi-sembunyi

Satu tempat bisa dimusnahkan
Namun akan muncul tempat lain

Yang perlu dicerahkan adalah 
Apa yang ada di dalam alam mikrokosmos
Kalau alam mikrokosmos sudah cerah
Akan terefleksi, terprojeksi ke alam makrokosmos

Mari kita sucikan bali (alam internal)
Untuk mensucikan jawa (alam external)

Sunday, 19 January 2014

SIAPA YANG MENOLAK TUHAN, MENOLAK DIRINYA SENDIRI. SIAPA YANG MENERIMA TUHAN, MENERIMA DIRINYA SENDIRI

Ibarat badan ini adalah kereta tanpa kesadaran,
Siapakah Jiwa yang memiliki kekuasaan yang membuatnya sadar?
Siapakah pengemudi kereta ini?

Ada satu Jiwa di antara hal-hal di dunia ini
Namun dia di atas hal-hal dari dunia ini.

Dia jelas dan murni
Dalam kedamaian
Dari sebuah keluasan yang kosong.

Dia di luar kehidupan badan dan citta
Tidak pernah lahir
Tidak pernah mati
Abadi
Senantiasa SATU di dalam kebesarannya sendiri

Dialah Jiwa
Yang kekuasaannya memberikan kesadaran kepada badan
Dialah pengemudi kereta.



Thursday, 16 January 2014

KITA HARUS MENGETAHUI SANG PEMIKIR

Nafas kehidupan adalah satu:
Ketika kita bicara, hidup bicara,

Ketika kita melihat, hidup melihat,
Ketika kita mendengar, hidup mendengar,
Ketika kita berpikir, hidup berpikir,
Ketika kita bernafas, hidup bernafas.

Dan ada suatu yang lebih besar daripada nafas kehidupan.

Karena sesesorang dapat hidup tanpa bicara: kita melihat orang bisu
Seseorang dapat hidup tanpa melihat: kita melihat orang buta
Seseorang dapat hidup tanpa mendengar: kita melihat orang tuli
Sesorang dapat hidup tanpa citta yang benar: kita melihat orang gila

Tetapi adalah kesadaran hidup yang menjadi nafas kehidupan dan memberikan hidup kepada badan.
Nafas kehidupan adalah kesadaran kehidupan, dan kesadaran kehidupan adalah nafas kehidupan.

Ketika kesadaran mengatur bicara, dengan bicara kita dapat mengucapkan kata-kata.
Ketika kesadaran mengatur nafas, dengan tarikan nafas kita dapat mencium bau semua minyak wangi.
Ketika kesadaran mengatur mata, dengan mata kita dapat melihat semua bentuk.
Ketika kesadaran mengatur telinga, dengan telinga kita dapat mendengar semua bunyi.
Ketika kesadaran mengatur lidah, dengan lidah kita dapat menelan semua rasa.
Ketika kesadaran mengatur citta, dengan citta kita dapat memikirkan semua pikiran.

Bukanlah wicara yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui yang bicara.
Bukanlah hal-hal terlihat yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui yang melihat.
Bukanlah suara-suara yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui yang mendengar.
Bukanlah citta yang harus kita ketahui;
Kita harus mengetahui sang pemikir.

(Sumber: Upanisad Himalaya Jiwa: Kausitaki Brahmana Upanisad)